Pemerintah NTT bantu korban Rokatenda di Ende
18 Februari 2013 11:55 WIB
Warga memotret dengan kamera gumpalan lava pijar yang dimuntahkan dari puncak Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (2/2). Semburan abu vulkanik setinggi 3.000-4.000 meter dari puncak kawah itu mengakibatkan sebagian besar wilayah di Pulau Flores terkena siraman abu vulkanik. (FOTO ANTARA/Molan) ()
Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur telah memberikan bantuan bagi para pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda, khususnya yang menempati penampungan di Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende.
Bantuan bagi para korban itu tidak hanya dalam bentuk pangan, tetapi juga uang tunai yang disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ende, kata Kepala BPBD Provinsi NTT Tinu Tadeus, di Kupang, Senin.
Ia mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan seputar bantuan pemerintah provinsi terhadap para warga Pulau Palue, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka yang mengungsi akibat letusan Gunung Rokarenda, baik di Kabupaten Sikka maupun Ende.
"Tidak benar kalau pemerintah provinsi belum memberikan intervensi. Memang intervensi dari provinsi dilakukan, manakala ada permintaan dari pemerintah kabupaten karena itulah prosedur dalam pemberian bantuan, tetapi untuk warga Palue yang mengungsi ke Ende, sudah kami berikan bantuan," katanya.
Ia mengatakan, bantuan yang diberikan itu berupa uang tunai sebesar Rp302 juta dan beras satu ton tiap pekan.
"Jadi pemerintah provinsi menyiapkan bantuan satu ton beras tiap minggu untuk memenuhi kebutuhan pangan di lokasi pengungsiaan Maurole, Kabupaten Ende," katanya.
Sebanyak 2.675 dari sekitar 12 ribu penduduk Pulau Palue, Kabupaten Sikka yang mendiami daerah sekitar Gunung Rokatenda mengungsi, menyusul terjadinya letusan di gunung api itu pada Sabtu (2/2) malam.
Jumlah tersebut tersebar di dua kabupaten yakni Kabupaten Sikka sebanyak 1.552 jiwa dan sisanya di Kabupaten tetangga Ende.
Tini Tadeus menambahkan, hingga saat ini warga belum siap untuk kembali ke kampung halamannya di Pulau Palue, karena gunung api itu masih terus menampakan aktivitasnya.
Wakil Bupati Sikka Damianus Wera secara terpisah mengakui, para pengungsi menolak untuk kembali ke kampung halaman mereka di Pulau Palue karena masih trauma.
"Kami sudah melakukan sosialisasi ke tempat-tempat penampungan, untuk meyakinkan warga agar boleh kembali ke Palue, tetapi sampai saat ini belum ada yang bersedia pulang. Semua masih di tempat-tempat penampungan," kata Damianus Wera.
(ANT)
Bantuan bagi para korban itu tidak hanya dalam bentuk pangan, tetapi juga uang tunai yang disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ende, kata Kepala BPBD Provinsi NTT Tinu Tadeus, di Kupang, Senin.
Ia mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan seputar bantuan pemerintah provinsi terhadap para warga Pulau Palue, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka yang mengungsi akibat letusan Gunung Rokarenda, baik di Kabupaten Sikka maupun Ende.
"Tidak benar kalau pemerintah provinsi belum memberikan intervensi. Memang intervensi dari provinsi dilakukan, manakala ada permintaan dari pemerintah kabupaten karena itulah prosedur dalam pemberian bantuan, tetapi untuk warga Palue yang mengungsi ke Ende, sudah kami berikan bantuan," katanya.
Ia mengatakan, bantuan yang diberikan itu berupa uang tunai sebesar Rp302 juta dan beras satu ton tiap pekan.
"Jadi pemerintah provinsi menyiapkan bantuan satu ton beras tiap minggu untuk memenuhi kebutuhan pangan di lokasi pengungsiaan Maurole, Kabupaten Ende," katanya.
Sebanyak 2.675 dari sekitar 12 ribu penduduk Pulau Palue, Kabupaten Sikka yang mendiami daerah sekitar Gunung Rokatenda mengungsi, menyusul terjadinya letusan di gunung api itu pada Sabtu (2/2) malam.
Jumlah tersebut tersebar di dua kabupaten yakni Kabupaten Sikka sebanyak 1.552 jiwa dan sisanya di Kabupaten tetangga Ende.
Tini Tadeus menambahkan, hingga saat ini warga belum siap untuk kembali ke kampung halamannya di Pulau Palue, karena gunung api itu masih terus menampakan aktivitasnya.
Wakil Bupati Sikka Damianus Wera secara terpisah mengakui, para pengungsi menolak untuk kembali ke kampung halaman mereka di Pulau Palue karena masih trauma.
"Kami sudah melakukan sosialisasi ke tempat-tempat penampungan, untuk meyakinkan warga agar boleh kembali ke Palue, tetapi sampai saat ini belum ada yang bersedia pulang. Semua masih di tempat-tempat penampungan," kata Damianus Wera.
(ANT)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: