Bondowoso (ANTARA) - Jagad sepak bola Tanah Air diramaikan dengan pertandingan Timnas Indonesia melawan Palestina di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, 14 Juni 2023.

Pertandingan uji coba yang masuk dalam kalender resmi federasi sepak bola dunia (FIFA) tersebut berjalan dengan lancar dan mendapat perhatian luar biasa penonton, dengan skor akhir 0-0.

Suasana di dalam stadion sebagaimana terungkap dalam pemberitaan media tidak sama dengan laga-laga lainnya karena yang lebih dominan adalah rasa persaudaraan dari kedua tim. Demikian juga dengan suasana batin masyarakat, khususnya Indonesia, yang tidak menganggap pertandingan itu semata-mata mencari skor menang.

Pertandingan persahabatan antara Timnas Indonesia melawan Timnas Palestina ini sesungguhnya mengandung banyak pelajaran besar bagi dunia, khususnya bangsa kita, untuk bisa membedakan secara jernih antara di lapangan dengan kenyataan di luar lapangan.

Bangsa Indonesia yang tidak sampai setahun lagi akan menghadapi pertandingan besar, yakni Pemilu 2024, bisa mengambil pelajaran indah dari suasana batin di Stadion Gelora Bung Tomo.

Kalau dengan negara lain kita bisa memegang erat rasa persaudaraan, mengapa dengan sesama bangsa sendiri tidak justru lebih ditampakkan?

Pemilihan umum, khususnya untuk memilih presiden dan wakil presiden, tidak lah beda dengan pertandingan sepak bola itu.

Meletakkan rasa bersaudara di atas pertandingan untuk memenangkan calon perlu kita pupuk dan gali agar Pemilu 2024 berakhir dengan sorak-sorai dan kemenangan satu calon hakikatnya adalah kemenangan bangsa kita.

Lagi-lagi kita beruntung mendapatkan banyak pelajaran berharga dari laga Indonesia melawan Palestina itu. Salah satunya ditunjukkan oleh Pelatih Timnas Palestina Makram Daboub. Meskipun tim asuhannya tidak membawa skor menang, ia tetap menyampaikan terima kasih pada masyarakat Indonesia yang telah mendukung kedua tim.

Bahkan, dia berharap agar Indonesia beruntung dan menang pada laga berikutnya, yakni saat bertanding melawan tim juara dunia Argentina di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 19 Juni 2023.

Pengalaman Pemilu 2019 yang menampilkan ekspresi dukungan calon satu dengan calon lainnya bisa membawa dampak berkepanjangan, namun beruntung, Pemerintah dan masyarakat mampu mengelola polarisasi dukungan itu menjadi cair dan kita betul-betul kembali pada suasana hati sebagai sesama bangsa.

Jika biasanya suasana pertandingan mulai memanas saat-saat kampanye dan suhunya bertambah saat hasil penghitungan hasil suara mulai diketahui siapa calon presiden dan wakil presiden yang menang, marilah kita kembali belajar pada pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Palestina itu.

Jika kita memaksakan diri dan kelompok harus calon kita yang menang, maka segala tindakan biasanya akan dipilih, termasuk menyebarkan kabar-kabar berisi fitnah pada calon yang tidak kita dukung.

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden adalah pertandingan oleh kita dan untuk kita. Maka, jika menggunakan segala cara tanpa memedulikan dampak perpecahan dalam mengekspresikan dukungan pada calon tertentu, sesungguhnya kita telah melukai diri. Bahkan, lebih kelam dari itu, kita sedang menggali jurang untuk kita jatuh ke dalamnya secara bersama-sama. Lebih memedihkan lagi, jurang itu akan kita wariskan juga untuk anak cucu kelak.

Jika tidak hati-hati dalam mengelola suasana batin saat mendukung calon tertentu, kita telah menjerumuskan anak cucu untuk jatuh pada jurang itu dan yang masih selamat kita soraki agar mereka di dalam jurang itu bertarung satu sama lain. Dendam karena calon kita kalah, kita wariskan pada anak cucu untuk dilampiaskan.

Hal ini tentu berbanding terbalik dengan apa yang diwariskan oleh leluhur kita di masa lampau yang telah rela hati berjuang untuk memerdekakan bangsa ini agar anak cucunya, yakni kita yang hidup saat ini, bisa menikmati kehidupan yang damai, tentram, dan sejahtera lahir batin.

Kalau dulu, penjajah menggali banyak jurang agar bangsa ini terjerumus kemudian satu sama lain saling berperang di dalamnya, kita saat ini mendapati berkah, ladang kehidupan kita sudah lapang karena ditutup oleh perjuangan para leluhur.

Andai kita sadar bahwa menyampaikan dukungan pada calon dengan menghalalkan segala cara, kita sesungguhnya sedang menggali lubang-lubang perpecahan sesama anak bangsa yang dulu sudah ditutup dan diratakan oleh orang tua, kakek, nenek, atau mbah-mbah kita di masa lalu. Para leluhur itu bukan saja meneteskan keringat dalam mengusir penjajah, tapi juga menumpahkan darah.

Lalu, ketika ada momentum pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden, rasa persaudaraan sejati kita tidak boleh luntur.

Pandai-pandailah menahan hati, pikiran, dan jari agar tidak mudah menyebar kabar-kabar hoaks, yang kadang dibungkus dengan nilai-nilai agama.

Kita kembali kepada pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Palestina. Antara kedua tim saling melempar puji-puji yang tulus sebagai saudara. Andai para capres dan cawapres, serta seluruh pendukungnya, tidak merasa alergi untuk memuji kelebihan lawan atau calon lain saat kampanye, tentu pemilu akan betul-betul mengekspresikan kesejatiannya sebagai pesta demokrasi.

Sebagai pesta, apapun hasil akhirnya, semua calon serta pendukungnya, keluar dari arena dan mengakhiri pertandingan dengan sorak sorai gembira. Kemenangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu adalah kemenangan kita semua.

Presiden dan wakil presiden yang dinyatakan menang dan kemudian dilantik adalah pemimpin kita di pemerintahan, sementara calon yang kalah perolehan suaranya juga pemimpin kita dalam bidang lain, setidaknya di ranah pemikiran atas persoalan tertentu dan tindakan atau perilaku baik dalam keseharian.

Individu calon dan partai pendukung juga tidak perlu kehilangan kesadaran mengenai persaudaraan ini. Kalau dirinya mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden dengan niat tulus untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, maka saat kalah, ia punya kewajiban untuk meredam para pendukung fanatiknya untuk menahan diri agar tidak berbuat sekecil apapun yang merusak persatuan.

Siapapun calon yang menang dalam Pemilu 2024, kita tetap bersaudara.