Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) tengah mengkaji pengubahan minyak tanah menjadi avtur menyusul tingginya stok komoditas tersebut. Kepala Divisi BBM Pertamina Djaelani Sutomo di Jakarta, Rabu, mengatakan perubahan itu masih menunggu realisasi program pengalihan minyak tanah ke elpiji. "Kemungkinan setelah Januari 2007 baru bisa dilaksanakan," katanya. Selain pengubahan ke avtur, Djaelani mengatakan kelebihan stok minyak tanah juga dapat diekspor kembali atau menjadi bahan bakar pembangkit. Apabila diekspor, maka paling tidak membutuhkan volume 27 juta liter. Saat ini, stok kerosin antara 34,5-40 hari. Mengenai kesiapan kilang, Direktur Pengolahan Pertamina Suroso Atmomartoyo menambahkan, pengubahan itu tidak membutuhkan biaya tambahan. "Tinggal men-`set` kilangnya saja. Saat ini, kilang yang siap adalah Dumai dan Cilacap," katanya. Sementara itu, mengenai substitusi minyak tanah ke elpiji, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal mengatakan, pada tahap awal, pihaknya akan menargetkan pengalihan di 400 kepala keluarga guna mengganti 30.000 kiloliter minyak tanah. Pertamina telah melakukan tender pengadaan 1.300 tabung tiga kg dengan harga per tabung Rp132.000. Harga itu sudah termasuk isi sebanyak tiga kg elpiji yang sebesar Rp12.750. Harga tabung itu, lanjutnya, masih bisa turun jika harga baja dari PT Krakatau Steel juga turun. Deputi Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Hanung Budya menambahkan, program substitusi itu belum mendongkrak penjualan elpiji karena volumenya masih kecil. "Baru terasa efeknya pada tahun depan," katanya. Sampai saat ini, Pertamina masih menanggung kerugian hingga ratusan miliar rupiah dalam penjualan elpiji karena menjualnya di bawah harga pasar. Harga pasar elpiji sudah di atas Rp6.000 per kg, sementara Pertamina menjual Rp4.250 per kg.(*)