Gubernur Jatim resmikan kawasan agroforestri kopi Lereng Gunung Arjuno
14 Juni 2023 18:17 WIB
Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa (kanan) bersama Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Paewai, pada saat menghadiri peresmian Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Arjuno, di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (14/6/2023). (ANTARA/HO-Prokopim Setda Kota Batu)
Kota Batu, Jawa Timur (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meresmikan Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Arjuno di Rumah Oyot, Coban Talun, Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jawa Timur.
Khofifah mengatakan bahwa komoditas kopi saat ini sudah berhasil membangun komunal branding yang mampu meningkatkan akses pasar terhadap produk tersebut, bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
"Kopi saat ini sudah berhasil membangun komunal branding. Dengan komunal branding, jumlah dan keberlanjutan produk kopi untuk pasar ekspor bisa dipenuhi," kata Khofifah.
Khofifah menjelaskan, dengan potensi produk yang sungguh menjanjikan tersebut, maka kualitas kopi juga harus ditentukan agar sesuai standard keinginan pasar. Hal itu perlu diperhatikan mengingat potensi pasar komoditas itu terbuka lebar.
"Kualitasnya juga bisa kita tentukan agar sesuai standar. Siapkan produksi kopi dengan baik karena potensi pasar ekspornya besar," kata Khofifah.
Ia menambahkan, kawasan perdesaan bisa dikembangkan menjadi desa-desa devisa, dengan syarat produk unik asli dari desa tersebut. Nantinya, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan memberikan bantuan dan penguatan agar desa tersebut bisa menghasilkan devisa.
"Potensi ketika kita bangun sinergitas dengan instansi lain akan memberikan dampak berkelanjutan pada penguatan ekonomi dan penguatan kesejahteraan petani serta masyarakat," katanya.
Dalam kesempatan ini diberikan juga bantuan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana berupa 100 bibit alpukat, pinus dan 600 batang kopi komasti kepada petani hutan.
Selain itu, Bank Jatim juga ikut memberikan donasi sebesar Rp10 juta kepada petani hutan, dan Dinas Sosial memberikan 24 unit rombong kewirausahaan dan delapan unit etalase, serta Kementerian Pertanian memberikan bibit apel senilai Rp175 juta.
Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Paewai menambahkan, Kota Batu yang memiliki luas wilayah 197 kilometer persegi tersebut, terbagi dari 15,65 persen hutan lindung, 16,8 persen hutan produksi, dan 22,6 persen hutan konservasi.
Ia menambahkan, untuk mengembalikan kualitas ekologi kawasan hutan dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat, Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno sangat dibutuhkan.
Menurutnya, kawasan agroforestri kopi akan memanfaatkan lahan di Desa Tulungrejo seluas 500 hektare, Desa Sumbergondo seluas 500 hektare, Desa Bulukerto seluas 300 hektare, dan Desa Giripurno seluas 500 hektare.
Ia mengaku, kawasan agroforestri kopi ini akan memanfaatkan lahan di sejumlah desa. Antara lain, Desa Tulungrejo seluas 500 hektar, Desa Sumbergondo seluas 500 hektar, Desa Bulukerto seluas 300 hektar, dan Desa Giripurno seluas 500 hektar.
"Ikon Kota Batu adalah apel, komoditas kopi di lereng Arjuno menjadi harapan untuk menjadi komoditas ikonik Kota Batu. Dalam konsep hutan lestari, kita harapkan masyarakat turut serta mempertahankan kelestarian kawasan hutan," kata Aries.
Baca juga: Akademi barista Italia kagumi inovasi industri kopi Tanah Air
Baca juga: Indonesia Coffee Festival 2023 Menampilkan yang Terbaik dari Industri Kopi Indonesia
Baca juga: BRIN dan industri kembangkan teknologi pengolahan kopi
Khofifah mengatakan bahwa komoditas kopi saat ini sudah berhasil membangun komunal branding yang mampu meningkatkan akses pasar terhadap produk tersebut, bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
"Kopi saat ini sudah berhasil membangun komunal branding. Dengan komunal branding, jumlah dan keberlanjutan produk kopi untuk pasar ekspor bisa dipenuhi," kata Khofifah.
Khofifah menjelaskan, dengan potensi produk yang sungguh menjanjikan tersebut, maka kualitas kopi juga harus ditentukan agar sesuai standard keinginan pasar. Hal itu perlu diperhatikan mengingat potensi pasar komoditas itu terbuka lebar.
"Kualitasnya juga bisa kita tentukan agar sesuai standar. Siapkan produksi kopi dengan baik karena potensi pasar ekspornya besar," kata Khofifah.
Ia menambahkan, kawasan perdesaan bisa dikembangkan menjadi desa-desa devisa, dengan syarat produk unik asli dari desa tersebut. Nantinya, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan memberikan bantuan dan penguatan agar desa tersebut bisa menghasilkan devisa.
"Potensi ketika kita bangun sinergitas dengan instansi lain akan memberikan dampak berkelanjutan pada penguatan ekonomi dan penguatan kesejahteraan petani serta masyarakat," katanya.
Dalam kesempatan ini diberikan juga bantuan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana berupa 100 bibit alpukat, pinus dan 600 batang kopi komasti kepada petani hutan.
Selain itu, Bank Jatim juga ikut memberikan donasi sebesar Rp10 juta kepada petani hutan, dan Dinas Sosial memberikan 24 unit rombong kewirausahaan dan delapan unit etalase, serta Kementerian Pertanian memberikan bibit apel senilai Rp175 juta.
Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Paewai menambahkan, Kota Batu yang memiliki luas wilayah 197 kilometer persegi tersebut, terbagi dari 15,65 persen hutan lindung, 16,8 persen hutan produksi, dan 22,6 persen hutan konservasi.
Ia menambahkan, untuk mengembalikan kualitas ekologi kawasan hutan dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat, Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno sangat dibutuhkan.
Menurutnya, kawasan agroforestri kopi akan memanfaatkan lahan di Desa Tulungrejo seluas 500 hektare, Desa Sumbergondo seluas 500 hektare, Desa Bulukerto seluas 300 hektare, dan Desa Giripurno seluas 500 hektare.
Ia mengaku, kawasan agroforestri kopi ini akan memanfaatkan lahan di sejumlah desa. Antara lain, Desa Tulungrejo seluas 500 hektar, Desa Sumbergondo seluas 500 hektar, Desa Bulukerto seluas 300 hektar, dan Desa Giripurno seluas 500 hektar.
"Ikon Kota Batu adalah apel, komoditas kopi di lereng Arjuno menjadi harapan untuk menjadi komoditas ikonik Kota Batu. Dalam konsep hutan lestari, kita harapkan masyarakat turut serta mempertahankan kelestarian kawasan hutan," kata Aries.
Baca juga: Akademi barista Italia kagumi inovasi industri kopi Tanah Air
Baca juga: Indonesia Coffee Festival 2023 Menampilkan yang Terbaik dari Industri Kopi Indonesia
Baca juga: BRIN dan industri kembangkan teknologi pengolahan kopi
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: