Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia melemah tajam untuk sesi kedua berturut-turut pada awal perdagangan Rabu, meluncur ke level terendah lebih dari 14 bulan melewati angka 85 terhadap dolar, terbebani oleh terbatasnya pasokan mata uang asing di pasar yang likuiditasnya berkurang.

Pada pukul 06.56 GMT, rubel tergelincir 0,6 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan pada 84,84, sebelumnya mencapai 85,03, titik terlemah sejak awal April 2022.

Mata uang Rusia juga telah kehilangan 0,6 persen untuk diperdagangkan pada 91,48 versus euro dan telah turun 0,7 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan pada 11,82, level terendah sekitar tujuh minggu terhadap kedua mata uang tersebut.

Perputaran pasar telah berkurang dan menjadi rentan terhadap perubahan tajam sejak Moskow menjadi sasaran sanksi Barat atas operasi militernya di Ukraina, dengan lebih sedikit investor asing yang dapat mengakses pasar Rusia.

Seorang pedagang di sebuah bank besar Rusia pada Selasa (13/6/2023) mengatakan kepada Reuters bahwa setiap orang menunggu rubel menguat lagi setelah eksportir, yang menguntungkan bagi mereka yang memiliki rubel lemah, mulai mengubah pendapatan devisa untuk membayar pajak lokal di akhir bulan.

"Kami mengaitkan dinamika nilai tukar saat ini lebih dengan faktor sementara dan meyakini bahwa ketika eksportir kembali ke penjualan pendapatan mata uang asing yang lebih aktif, rubel dapat kembali mendekati 80 terhadap dolar," kata analis Raiffeisen Bank.

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 0,4 persen menjadi diperdagangkan pada 74,61 dolar AS per barel.