PSN pastikan infrastruktur beroperasi jelang peluncuran Satelit Satria
13 Juni 2023 19:49 WIB
Satelit Republik Indonesia (Satria) milik PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia, menjelang peluncuran dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Ahad (18/6/2023) waktu setempat. ANTARA/HO-PSN.
Jakarta (ANTARA) - PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia, memastikan infrastruktur ruas bumi (ground segment) siap beroperasi menjelang peluncuran Satelit Nusantara Tiga atau yang juga disebut Satelit Republik Indonesia (Satria) dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 18 Juni 2023 waktu setempat.
Satelit dengan total kapasitas transmisi 150 Gbps ini akan diluncurkan dengan roket Falcon 9 milik Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX).
Direktur Utama PSN, Adi Rahman Adiwoso di Jakarta, Selasa, menjelaskan infrastruktur ground segment seperti pusat kontrol utama (Primary Satellite Center) dan pusat jaringan (Network Operation Center) yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, serta stasiun kontrol cadangan yang berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sudah dalam kondisi 100 persen. Jaringan komunikasi dan pendukung lainnya juga siap mendukung peluncuran Satelit Satria sehingga tidak ada elemen yang berpotensi menyebabkan penundaan.
“Peluncuran Satelit Satria akan menjadi pencapaian yang luar biasa bagi Indonesia karena ini merupakan satelit multifungsi terbesar di Asia dan nomor lima di dunia. Kesiapan infrastruktur ground segment merupakan elemen penting dalam mendukung kesuksesan peluncuran Satria,” kata Adi dalam keterangan resminya.
Baca juga: Plt Menkominfo: SATRIA-1 solusi pemerataan infrastruktur digital
Dalam proyek Satelit Satria, PSN menyiapkan 11 stasiun bumi (gateway). Selain di Cikarang dan Banjarmasin, stasiun bumi lainnya berada di Batam, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura. PSN menjalin kerja sama dengan The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE) untuk membangun antena yang digunakan pada 11 stasiun bumi tersebut.
Untuk jaringan komunikasi dan pendukung lainnya, PSN berkolaborasi dengan Kratos Defense dan Hughes Network Systems (HNS). Kratos Defense menyiapkan perangkat Carriers Spectrum Monitoring (CSM) Satelit Satria serta Monitoring & Control (M&C) untuk memonitor serta mengontrol perangkat radio frequency di 11 stasiun bumi. Hughes Network menyediakan IP Processing Hub untuk Satelit Satria.
“Secara keseluruhan, PSN menyediakan satelit beserta infrastruktur ground segment dan sistem komunikasi. Kami juga berkewajiban untuk mengoperasikan satelit Satria selama 15 tahun yang akan dilakukan oleh anak usaha PSN, PT Satelit Nusantara Tiga,” kata Adi.
Satelit Satria diproduksi oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Proses produksi satelit berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023. Setelah diproduksi, satelit berbobot 4,6 ton dengan tinggi 6,5 meter ini dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Prancis bagian Selatan, menuju Cape Canaveral. Saat ini, satelit telah berada di Payload Processing Facility SpaceX.
Menjelang peluncuran, Adi mengatakan Satelit Satria telah melalui berbagai tahap persiapan mulai dari pengecekan kondisi satelit setelah tiba dari Prancis hingga pemasangan rocket adapter dan fairing (penutup satelit) pada roket Falcon 9. Proses pemasangan satelit dengan fairing memakan waktu hingga 8 jam.
Tahap selanjutnya, pada 15 dan 16 Juni, fairing yang berisi satelit akan diintegrasikan dengan roket. Setelah itu, 24 jam sebelum peluncuran, satelit dipindahkan dari hanggar menuju launch pad.
Baca juga: Kemenkominfo sebut telah siapkan infrastruktur pendukung SATRIA-1
Hitung mundur
“Hitung mundur (countdown) akan dimulai empat jam sebelum peluncuran. Apabila satelit dipastikan kondisi baik, komputer akan mengambil alih proses peluncuran 60 detik sebelumnya. Kami berharap peluncuran Satelit Satria berlangsung dengan lancar. Kehadiran satelit ini akan memberikan kesempatan dan hak yang bagi masyarakat Indonesia dalam mengakses layanan internet,” ujar Adi.
Pascapeluncuran, Satelit Satria membutuhkan waktu empat hingga lima bulan proses orbit raising untuk sampai dan menempati slot 146 derajat Bujur Timur (BT), yang tepat berada di atas Papua, Indonesia. Dalam orbit raising, satelit memakai teknologi Electric Propulsion yang memanfaatkan pendorong elektrik untuk mendukung pergerakan sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar serta memperpanjang usia pakai satelit.
Setelah berada di 146 derajat BT, PSN bersama TAS akan melakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit Satria berfungsi dengan normal pascapeluncuran. Tahap ini diperkirakan memakan waktu tiga minggu. Tahapan selanjutnya, PSN menjalankan In-Orbit Acceptance Review (IOAR). Peninjauan IOAR akan dilaksanakan pada pekan pertama Desember 2023.
“Setelah IOAR, TAS akan melakukan serah terima kepada PT SNT selaku operator. Satelit Satria selanjutnya akan digunakan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informasi (BAKTI Kominfo) untuk memberikan layanan internet di seluruh Indonesia,” ujar Adi.
Baca juga: Plt. Menkominfo sebut SATRIA-1 meluncur 17 Juni 2023
Satelit Satria akan menjadi satelit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band. Satelit ini juga diperkuat dengan 116 Spot Beam sehingga layanan internet dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, terutama kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Satelit ini diharapkan mampu memfasilitasi sambungan internet pada layanan publik, seperti fasilitas pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan.
“Sebagai perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia, PSN akan terus berinovasi dalam produk dan layanan untuk membantu pemerintah dalam membangun konektivitas digital yang berkelanjutan bagi masyarakat. Kami percaya, komitmen kuat ini akan turut serta mendorong perkembangan industri satelit nasional untuk berkontribusi lebih besar lagi bagi negara,” ujar Adi.
Satelit dengan total kapasitas transmisi 150 Gbps ini akan diluncurkan dengan roket Falcon 9 milik Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX).
Direktur Utama PSN, Adi Rahman Adiwoso di Jakarta, Selasa, menjelaskan infrastruktur ground segment seperti pusat kontrol utama (Primary Satellite Center) dan pusat jaringan (Network Operation Center) yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, serta stasiun kontrol cadangan yang berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sudah dalam kondisi 100 persen. Jaringan komunikasi dan pendukung lainnya juga siap mendukung peluncuran Satelit Satria sehingga tidak ada elemen yang berpotensi menyebabkan penundaan.
“Peluncuran Satelit Satria akan menjadi pencapaian yang luar biasa bagi Indonesia karena ini merupakan satelit multifungsi terbesar di Asia dan nomor lima di dunia. Kesiapan infrastruktur ground segment merupakan elemen penting dalam mendukung kesuksesan peluncuran Satria,” kata Adi dalam keterangan resminya.
Baca juga: Plt Menkominfo: SATRIA-1 solusi pemerataan infrastruktur digital
Dalam proyek Satelit Satria, PSN menyiapkan 11 stasiun bumi (gateway). Selain di Cikarang dan Banjarmasin, stasiun bumi lainnya berada di Batam, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura. PSN menjalin kerja sama dengan The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE) untuk membangun antena yang digunakan pada 11 stasiun bumi tersebut.
Untuk jaringan komunikasi dan pendukung lainnya, PSN berkolaborasi dengan Kratos Defense dan Hughes Network Systems (HNS). Kratos Defense menyiapkan perangkat Carriers Spectrum Monitoring (CSM) Satelit Satria serta Monitoring & Control (M&C) untuk memonitor serta mengontrol perangkat radio frequency di 11 stasiun bumi. Hughes Network menyediakan IP Processing Hub untuk Satelit Satria.
“Secara keseluruhan, PSN menyediakan satelit beserta infrastruktur ground segment dan sistem komunikasi. Kami juga berkewajiban untuk mengoperasikan satelit Satria selama 15 tahun yang akan dilakukan oleh anak usaha PSN, PT Satelit Nusantara Tiga,” kata Adi.
Satelit Satria diproduksi oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Proses produksi satelit berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023. Setelah diproduksi, satelit berbobot 4,6 ton dengan tinggi 6,5 meter ini dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Prancis bagian Selatan, menuju Cape Canaveral. Saat ini, satelit telah berada di Payload Processing Facility SpaceX.
Menjelang peluncuran, Adi mengatakan Satelit Satria telah melalui berbagai tahap persiapan mulai dari pengecekan kondisi satelit setelah tiba dari Prancis hingga pemasangan rocket adapter dan fairing (penutup satelit) pada roket Falcon 9. Proses pemasangan satelit dengan fairing memakan waktu hingga 8 jam.
Tahap selanjutnya, pada 15 dan 16 Juni, fairing yang berisi satelit akan diintegrasikan dengan roket. Setelah itu, 24 jam sebelum peluncuran, satelit dipindahkan dari hanggar menuju launch pad.
Baca juga: Kemenkominfo sebut telah siapkan infrastruktur pendukung SATRIA-1
Hitung mundur
“Hitung mundur (countdown) akan dimulai empat jam sebelum peluncuran. Apabila satelit dipastikan kondisi baik, komputer akan mengambil alih proses peluncuran 60 detik sebelumnya. Kami berharap peluncuran Satelit Satria berlangsung dengan lancar. Kehadiran satelit ini akan memberikan kesempatan dan hak yang bagi masyarakat Indonesia dalam mengakses layanan internet,” ujar Adi.
Pascapeluncuran, Satelit Satria membutuhkan waktu empat hingga lima bulan proses orbit raising untuk sampai dan menempati slot 146 derajat Bujur Timur (BT), yang tepat berada di atas Papua, Indonesia. Dalam orbit raising, satelit memakai teknologi Electric Propulsion yang memanfaatkan pendorong elektrik untuk mendukung pergerakan sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar serta memperpanjang usia pakai satelit.
Setelah berada di 146 derajat BT, PSN bersama TAS akan melakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit Satria berfungsi dengan normal pascapeluncuran. Tahap ini diperkirakan memakan waktu tiga minggu. Tahapan selanjutnya, PSN menjalankan In-Orbit Acceptance Review (IOAR). Peninjauan IOAR akan dilaksanakan pada pekan pertama Desember 2023.
“Setelah IOAR, TAS akan melakukan serah terima kepada PT SNT selaku operator. Satelit Satria selanjutnya akan digunakan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informasi (BAKTI Kominfo) untuk memberikan layanan internet di seluruh Indonesia,” ujar Adi.
Baca juga: Plt. Menkominfo sebut SATRIA-1 meluncur 17 Juni 2023
Satelit Satria akan menjadi satelit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band. Satelit ini juga diperkuat dengan 116 Spot Beam sehingga layanan internet dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, terutama kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Satelit ini diharapkan mampu memfasilitasi sambungan internet pada layanan publik, seperti fasilitas pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan.
“Sebagai perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia, PSN akan terus berinovasi dalam produk dan layanan untuk membantu pemerintah dalam membangun konektivitas digital yang berkelanjutan bagi masyarakat. Kami percaya, komitmen kuat ini akan turut serta mendorong perkembangan industri satelit nasional untuk berkontribusi lebih besar lagi bagi negara,” ujar Adi.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: