Wali Kota Semarang dorong ekspor produk olahan pertanian
12 Juni 2023 19:31 WIB
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat pelepasan ekspor porang kering ke China dari CV Tri Mitra Agro (TMA), Semarang, Senin (12/6/2023). (ANTARA/HO-Pemkot Semarang)
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong peningkatan ekspor berbagai produk olahan pertanian dari wilayah tersebut seiring dengan terbukanya pasar di luar negeri.
"Peluang ekspor (produk) di Kota Semarang ini besar sekali, ada daun lompong, rumput laut. Sekarang ini porang. Kami dorong karena pasarnya terbuka lebar," katanya di Semarang, Senin.
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrab Hevearita, saat pelepasan ekspor 50 ton porang kering dari CV Tri Mitra Agro (TMA) ke China, yang berlangsung di Kawasan Industri Candi Semarang.
Menurut dia, porang yang dikirimkan tersebut dalam bentuk "chip" atau kering yang masih harus diolah lagi di China sehingga menjadi peluang besar jika bisa diolah di dalam negeri.
"Karena dari China diolah lagi dan dibalikin lagi kan dua kali. Harganya pasti lebih mahal. Kalau bisa diolah di dalam negeri bisa menjadi manfaat bagi masyarakat menambah lapangan pekerjaan," katanya.
Saat ini, kata dia, Pemerintah Kota Semarang tengah membahas kerja sama inovasi riset dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait pengolahan porang di dalam negeri.
Ita mengatakan porang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif pengganti beras, yakni beras analog dari porang sehingga bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Kota Semarang Toerhadi Noerachman mengatakan bahwa pihaknya diminta mengawal peningkatan program ekspor yang kenaikannya tiga kali lipat hingga 2024.
"Pengawalan kami langsung ke petani, kelompok tani, hingga eksportir. Ke petani untuk mendapatkan kualitas produk layak ekspor, khususnya produk-produk segar, seperti hortikulura, buah-buahan, dan sayur," katanya.
Pengawalan ke eksportir, kata dia, untuk memastikan pemenuhan persyaratan untuk ekspor, sebab tanpa melalui proses karantina maka produk yang diekspor akan mengalami penolakan di negara tujuan.
Untuk produk ekspor di Jateng, kata dia, saat ini tertinggi masih produk kehutanan, disusul produk hortikultura, seperti edamame, okra, dan jenis umbi-umbian, selain tentunya porang.
Sementara itu, pemilik CV TMI Wirawan Trihadmoko menyebutkan saat ini ekspor masih dalam bentuk chip atau kering, tetapi nantinya akan ditingkatkan dengan produk-produk yang lain.
"Bahannya (porang) kami ambil di Semarang sini, Kabupaten Semarang, Kendal, Pekalongan, Batang. Kalau bahan baku banyak di Jateng ini, tercukupi," katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim tawarkan ekspor porang dan sarang burung walet ke China
Baca juga: Kementan sebut stevia & porang bakal jadi komoditas andalan Sulut
Baca juga: Indonesia siap penuhi syarat ekspor tepung Porang ke China
"Peluang ekspor (produk) di Kota Semarang ini besar sekali, ada daun lompong, rumput laut. Sekarang ini porang. Kami dorong karena pasarnya terbuka lebar," katanya di Semarang, Senin.
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrab Hevearita, saat pelepasan ekspor 50 ton porang kering dari CV Tri Mitra Agro (TMA) ke China, yang berlangsung di Kawasan Industri Candi Semarang.
Menurut dia, porang yang dikirimkan tersebut dalam bentuk "chip" atau kering yang masih harus diolah lagi di China sehingga menjadi peluang besar jika bisa diolah di dalam negeri.
"Karena dari China diolah lagi dan dibalikin lagi kan dua kali. Harganya pasti lebih mahal. Kalau bisa diolah di dalam negeri bisa menjadi manfaat bagi masyarakat menambah lapangan pekerjaan," katanya.
Saat ini, kata dia, Pemerintah Kota Semarang tengah membahas kerja sama inovasi riset dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait pengolahan porang di dalam negeri.
Ita mengatakan porang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif pengganti beras, yakni beras analog dari porang sehingga bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Kota Semarang Toerhadi Noerachman mengatakan bahwa pihaknya diminta mengawal peningkatan program ekspor yang kenaikannya tiga kali lipat hingga 2024.
"Pengawalan kami langsung ke petani, kelompok tani, hingga eksportir. Ke petani untuk mendapatkan kualitas produk layak ekspor, khususnya produk-produk segar, seperti hortikulura, buah-buahan, dan sayur," katanya.
Pengawalan ke eksportir, kata dia, untuk memastikan pemenuhan persyaratan untuk ekspor, sebab tanpa melalui proses karantina maka produk yang diekspor akan mengalami penolakan di negara tujuan.
Untuk produk ekspor di Jateng, kata dia, saat ini tertinggi masih produk kehutanan, disusul produk hortikultura, seperti edamame, okra, dan jenis umbi-umbian, selain tentunya porang.
Sementara itu, pemilik CV TMI Wirawan Trihadmoko menyebutkan saat ini ekspor masih dalam bentuk chip atau kering, tetapi nantinya akan ditingkatkan dengan produk-produk yang lain.
"Bahannya (porang) kami ambil di Semarang sini, Kabupaten Semarang, Kendal, Pekalongan, Batang. Kalau bahan baku banyak di Jateng ini, tercukupi," katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim tawarkan ekspor porang dan sarang burung walet ke China
Baca juga: Kementan sebut stevia & porang bakal jadi komoditas andalan Sulut
Baca juga: Indonesia siap penuhi syarat ekspor tepung Porang ke China
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: