Jakarta (ANTARA) - Iga Swiatek tidak mau berspekulasi tentang adanya era baru dalam Grand Slam putri ketika namanya disandingkan dengan dua petenis lain peraih gelar turnamen major yang kariernya diperkirakan bersinar dalam satu dekade ke depan.

Petenis nomor satu dunia Swiatek merebut gelar Roland Garros ketiganya dan gelar major keempat sepanjang kariernya dalam tiga tahun terakhir dengan kemenangan mendebarkan 6-2, 5-7, 6-4 atas Karolina Muchova, Sabtu (10/6).

Swiatek menegaskan tidak akan mendorong spekulasi era baru yang membuatnya bersaing dengan juara Australian Open Aryna Sabalenka dan juara Wimbledon Elena Rybakina untuk Grand Slam selama dekade berikutnya.

Namun, memang ada kekosongan setelah Serena Williams dan Ashleigh Barty pensiun, sementara sesama juara Grand Slam empat kali Naomi Osaka absen dari dunia tenis karena tengah menanti anak pertamanya.

"Saya tidak benar-benar menganalisis itu, karena saya tahu ini adalah sesuatu yang kalian buat dan saya mengerti bahwa penggemar menyukainya," kata Swiatek, seperti disiarkan AFP, Minggu.

"Saya mencoba untuk fokus pada pekerjaan saya. Dan bagi saya, tidak ada alasan untuk melakukan itu. Saya hanya fokus pada diri saya sendiri dan saya tidak peduli dengan dua pemain lainnya."

Baca juga: Swiatek sabet gelar French Open 2023

Final French Open, Sabtu (10/6), tak ubahnya seperti rollercoaster selama dua jam 46 menit. Swiatek merebut set pertama dan memimpin 3-0 di set kedua sebelum Muchova mendorong dirinya untuk menjadi kuda hitam dalam sejarah olahraga tenis.

Dalam kemenangan semifinalnya atas petenis nomor dua dunia Sabalenka, Muchova tertinggal 2-5 di set penentuan dan menyelamatkan satu match point.

Pada final, petenis berusia 26 tahun itu menyamakan kedudukan dan mengukir break untuk memimpin 2-0 dan 4-3 pada set terakhir sebelum Swiatek membalas, mengambil tiga gim berikutnya untuk mengamankan gelar.

Terlepas dari ketegangan di babak final, ada kesembronoan ketika Swiatek secara tidak sengaja menjatuhkan tutup trofi ke lapangan tanah liat.

"Sejujurnya saya merasa seperti memegangnya dengan jari saya, jadi saya rasa semua emosi ini yang menyebabkannya," ujar Swiatek.

"Maaf. Saya tidak bermaksud tidak sopan. Saya senang trofi Suzanne Lenglen baik-baik saja dan mungkin tidak akan terjadi lagi, tapi kita lihat saja nanti."

"Saya hanya berharap saya akan memiliki kesempatan untuk menggenggamnya lagi di tahun-tahun mendatang."

Baca juga: Ruud tantang Djokovic di final French Open usai singkirkan Zverev
Baca juga: Alcaraz akui tingginya tensi pertandingan lawan Djokovic membuat kram