Pemprov DKI diminta lengkapi fasilitas kesehatan di posyandu
9 Juni 2023 14:23 WIB
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat mengadakan pelatihan pertumbuhan dan perkembangan balita di aula Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat untuk pendeteksian dini dan pengentasan tengkes pada balita, Rabu (17/5/2023). ANTARA/Ho-Pemkot Jakbar.
Jakarta (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) meminta Pemprov DKI serius melengkapi fasilitas kesehatan di setiap pos pelayanan terpadu (posyandu) di daerah itu agar penanganan tengkes tepat sasaran dan sesuai harapan.
"Banyak fasilitas yang kurang seperti alat ukur bayi dan alat timbang di setiap posyandu," kata Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Iman Satria, saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Iman mengatakan kurangnya fasilitas itu dia temukan berdasarkan beberapa laporan masyarakat.
Karena kekurangan fasilitas tersebut, katanya, maka pendeteksian tengkes di beberapa wilayah DKI Jakarta menjadi kurang maksimal.
Tidak hanya di tingkat posyandu, Iman juga mengatakan kekurangan fasilitas tersebut juga ditemukan di beberapa Puskesmas Jakarta.
Baca juga: Menkes-Pj Gubernur DKI bahas upaya penurunan tengkes
Namun, saat ditanya di mana saja lokasi fasilitas kesehatan tersebut, Iman tidak menjelaskan dengan rinci.
Dengan adanya temuan tersebut, Iman berharap Pemprov DKI Jakarta tidak hanya fokus dalam program pemberian gizi melainkan fasilitas kesehatan juga harus diperhatikan dalam menangani tengkes.
Sebelumnya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka prevalensi tengkes di DKI Jakarta turun menjadi 14,8 persen.
“Prevalensi tengkes di DKI Jakarta turun menjadi 14,8 persen. Ini sesuai target 2024 (secara nasional). Kami berterima kasih karena DKI Jakarta bisa menjadi 'best practice' (pembelajaran praktik baik) dalam upaya percepatan penurunan tengkes,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Sosialisasi Cegah Tengkes di Jakarta, pada awal Februari tahun ini.
Bila melihat data terbaru dalam SSGI pada 2022, angka tengkes di DKI Jakarta turun dua persen dari sebelumnya 16,8 persen pada 2021.
Baca juga: Heru telusuri penyebab DKI masih kantongi kasus tengkes
Kini, prevalensi tengkes tertinggi berada di Kepulauan Seribu dengan angka prevalensi 20,5 persen dan Kota Jakarta Utara 18,5 persen.
Dengan demikian, untuk mengentaskan tengkes, perlu kerja keras semua pihak dan lembaga secara bergotong-royong sejak dari hulu.
“Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah balita di DKI Jakarta ada sekitar 790 ribu balita. Dengan prevalensi tengkes 14,8 persen atau sekitar 116 ribu balita,” katanya.
"Banyak fasilitas yang kurang seperti alat ukur bayi dan alat timbang di setiap posyandu," kata Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Iman Satria, saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Iman mengatakan kurangnya fasilitas itu dia temukan berdasarkan beberapa laporan masyarakat.
Karena kekurangan fasilitas tersebut, katanya, maka pendeteksian tengkes di beberapa wilayah DKI Jakarta menjadi kurang maksimal.
Tidak hanya di tingkat posyandu, Iman juga mengatakan kekurangan fasilitas tersebut juga ditemukan di beberapa Puskesmas Jakarta.
Baca juga: Menkes-Pj Gubernur DKI bahas upaya penurunan tengkes
Namun, saat ditanya di mana saja lokasi fasilitas kesehatan tersebut, Iman tidak menjelaskan dengan rinci.
Dengan adanya temuan tersebut, Iman berharap Pemprov DKI Jakarta tidak hanya fokus dalam program pemberian gizi melainkan fasilitas kesehatan juga harus diperhatikan dalam menangani tengkes.
Sebelumnya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka prevalensi tengkes di DKI Jakarta turun menjadi 14,8 persen.
“Prevalensi tengkes di DKI Jakarta turun menjadi 14,8 persen. Ini sesuai target 2024 (secara nasional). Kami berterima kasih karena DKI Jakarta bisa menjadi 'best practice' (pembelajaran praktik baik) dalam upaya percepatan penurunan tengkes,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Sosialisasi Cegah Tengkes di Jakarta, pada awal Februari tahun ini.
Bila melihat data terbaru dalam SSGI pada 2022, angka tengkes di DKI Jakarta turun dua persen dari sebelumnya 16,8 persen pada 2021.
Baca juga: Heru telusuri penyebab DKI masih kantongi kasus tengkes
Kini, prevalensi tengkes tertinggi berada di Kepulauan Seribu dengan angka prevalensi 20,5 persen dan Kota Jakarta Utara 18,5 persen.
Dengan demikian, untuk mengentaskan tengkes, perlu kerja keras semua pihak dan lembaga secara bergotong-royong sejak dari hulu.
“Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah balita di DKI Jakarta ada sekitar 790 ribu balita. Dengan prevalensi tengkes 14,8 persen atau sekitar 116 ribu balita,” katanya.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023
Tags: