Kemendes PDTT apresiasi provinsi yang fokus kembangkan "smart village"
8 Juni 2023 19:24 WIB
Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Ivanovich Agusta saat ditemui dalam kunjungan ke Smart Village Hanura, Pesawaran, Lampung, Kamis (8/6/2023). (ANTARA/ Anita Permata Dewi)
Lampung (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi Ivanovich Agusta mengatakan Lampung, Sulawesi Tengah, dan Bali merupakan provinsi-provinsi dengan program smart village (desa cerdas) yang berkembang pesat.
"Kalau secara nasional, provinsi yang berkembang pesat smart village-nya itu Lampung, Sulteng, dan Bali," kata Ivanovich Agusta saat ditemui dalam kunjungan ke Smart Village Hanura, di Pesawaran, Lampung, Kamis.
Ivanovich Agusta mengatakan saat ini terdapat 56.000 desa yang memiliki fasilitas internet 4G dari total 75.265 desa di seluruh Indonesia.
"Yang belum punya internet ada 2.600-an desa. Jumlah desa yang punya website baru 21.000 desa," kata dia.
Syarat untuk menjadi desa cerdas, antara lain desa memiliki fasilitas internet, memiliki website, dan memiliki aplikasi.
Baca juga: Kemendes PDTT genjot pengembangan desa cerdas di Lampung
Ivanovich Agusta menjelaskan salah satu tantangan yang kerap terjadi dalam pengembangan program desa cerdas adalah mahalnya biaya langganan internet.
"Lazimnya mesin (server) yang cepat untuk desa itu langganannya Rp15 juta hingga Rp20 juta per tahun. Itu biasanya desa tidak kuat (berlangganan)," kata Ivanovich Agusta.
Pihaknya mencontohkan banyak program desa cerdas di Pulau Jawa yang terhenti lantaran terkendala biaya langganan internet.
Melihat hal ini, kata Ivan, Kementerian Desa PDTT akan menyediakan fasilitas server yang dapat dimanfaatkan oleh desa secara cuma-cuma.
"Kalau desa pakai mesin server Kemendes, aplikasi yang dibuat desa, akan lebih lancar (loading-nya). Itu (server) gratis karena dari negara," katanya.
Tantangan kedua, desa membutuhkan dukungan pemasaran untuk mensosialisasikan aplikasi-aplikasi yang dibuat desa.
"Berbagai inovasi di desa, bagus ya. Cuma kalau kita lihat yang mengunduh (aplikasi desa) dibandingkan dengan jumlah penduduk, sangat jauh. Berarti perlu dukungan pemasaran," kata Ivanovich Agusta.
Baca juga: KKP kembangkan Desa Sumberdodol Magetan sebagai desa perikanan cerdas
"Kalau secara nasional, provinsi yang berkembang pesat smart village-nya itu Lampung, Sulteng, dan Bali," kata Ivanovich Agusta saat ditemui dalam kunjungan ke Smart Village Hanura, di Pesawaran, Lampung, Kamis.
Ivanovich Agusta mengatakan saat ini terdapat 56.000 desa yang memiliki fasilitas internet 4G dari total 75.265 desa di seluruh Indonesia.
"Yang belum punya internet ada 2.600-an desa. Jumlah desa yang punya website baru 21.000 desa," kata dia.
Syarat untuk menjadi desa cerdas, antara lain desa memiliki fasilitas internet, memiliki website, dan memiliki aplikasi.
Baca juga: Kemendes PDTT genjot pengembangan desa cerdas di Lampung
Ivanovich Agusta menjelaskan salah satu tantangan yang kerap terjadi dalam pengembangan program desa cerdas adalah mahalnya biaya langganan internet.
"Lazimnya mesin (server) yang cepat untuk desa itu langganannya Rp15 juta hingga Rp20 juta per tahun. Itu biasanya desa tidak kuat (berlangganan)," kata Ivanovich Agusta.
Pihaknya mencontohkan banyak program desa cerdas di Pulau Jawa yang terhenti lantaran terkendala biaya langganan internet.
Melihat hal ini, kata Ivan, Kementerian Desa PDTT akan menyediakan fasilitas server yang dapat dimanfaatkan oleh desa secara cuma-cuma.
"Kalau desa pakai mesin server Kemendes, aplikasi yang dibuat desa, akan lebih lancar (loading-nya). Itu (server) gratis karena dari negara," katanya.
Tantangan kedua, desa membutuhkan dukungan pemasaran untuk mensosialisasikan aplikasi-aplikasi yang dibuat desa.
"Berbagai inovasi di desa, bagus ya. Cuma kalau kita lihat yang mengunduh (aplikasi desa) dibandingkan dengan jumlah penduduk, sangat jauh. Berarti perlu dukungan pemasaran," kata Ivanovich Agusta.
Baca juga: KKP kembangkan Desa Sumberdodol Magetan sebagai desa perikanan cerdas
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: