Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof. Dr. Hariyono mengatakan Pancasila merupakan konsep wasathiyah atau jalan tengah yang mempersatukan keberagaman Indonesia, termasuk memberi ruang bagi setiap komunitas agama.

Hariyono, dalam keterangan resmi diterima di Jakarta, Kamis menyebut dengan adanya Pancasila, Indonesia sebagai sebuah bangsa mempunyai tanggung jawab untuk ikut menciptakan perdamaian dunia.

"Jadi, tidak menjadi negara agama, tapi sekaligus tidak anti-agama. Tidak menjadi negara individualis, iya memberi kebebasan kepada individu, tapi juga menghargai kepentingan publik. Justru Pancasila memberi ruang bagi setiap komunitas agama itu menghargai eksistensi kemanusiaan dan keyakinan setiap orang," tuturnya.

Menurut Hariyono, contoh ideal dari implementasi Pancasila dalam tataran sosial adalah saling menghargai hak warga negara untuk mengakui dan mengamalkan ibadah sesuai keyakinannya, serta memperlakukan orang lain secara adil dan beradab.

Dia menegaskan, setiap warga negara memiliki posisi yang setara di depan hukum, tidak peduli mayoritas atau minoritas. Hal ini, kata Hariyono, merupakan prinsip negara modern, sehingga Indonesia menjadi negara yang inklusif.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Pilih pemimpin yang pancasilais pada Pilpres 2024

Baca juga: Pengamat: Pancasila bisa selamatkan kemajemukan Indonesia
"Inilah yang dibutuhkan kedewasaan, karena faktanya masih ada sebagian oknum agama atau oknum tokoh tertentu yang memaksakan atau melarang keyakinannya pada orang lain," ujar dia.

Pancasila sebagai falsafah dasar negara dan menjadi sumber dari segala sumber hukum telah tercantum dalam Undang-Undang 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan.

Dalam undang-undang tersebut, dijelaskan setiap materi muatan kebijakan negara tidak boleh bertentangan dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila.

"Bagaimana regulasi dan kebijakan politik, itu bisa mendukung terealisasi-nya nilai-nilai Pancasila. Supaya nilai Pancasila itu tidak terkoyak oleh perilaku-perilaku yang tidak baik," ucap mantan Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu.

Dia menambahkan, Pancasila perlu diperjuangkan secara terus-menerus agar tidak hanya menjadi jargon atau identitas belaka. Menurutnya, Pancasila merupakan tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, di samping juga menjadi tujuan dalam hidup berbangsa.

Baca juga: Antisipasi Ancaman Radikal, BPIP: Pengamalan Pancasila harus dilakukan secara gotong royong
Oleh sebab itu, Hariyono mendorong pentingnya edukasi Pancasila bagi setiap generasi bangsa. Dia berpendapat, Pancasila tidak bisa menjadi nilai yang diterapkan dan diterima oleh anak muda begitu saja tanpa ada proses sosialisasi dan perjuangan.

"Sosialisasi internalisasi yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Makanya justru di sini nilai-nilai Pancasila seyogianya itu dikembangkan, mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan tinggi," demikian Hariyono.