Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf Vinsensius Jemadu dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis, mengatakan saat ini isu keberlanjutan menjadi perhatian para musisi dunia dan pihak manajemen dalam menggelar konser.
Ia memberikan contoh salah satu konser yang digelar di Afrika, dengan tiket konser diberikan secara gratis, namun kompensasinya para penonton diajak untuk bersama-sama membersihkan sampah yang ada di pantai.
"Mungkin praktik-praktik seperti ini juga bisa kita terapkan di Indonesia. Karena, isu soal sampah juga sekarang sudah sangat sensitif dan sangat kritis bagi negara kita. Jadi, mudah-mudahan teman-teman pelaku industri event bisa mulai memikirkan bagaimana dalam setiap penyelenggaraan event ini betul-betul bisa menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan," ujarnya.
Hal tersebut penting menjadi perhatian dari para pelaku karena kehadiran sebuah kegiatan memberikan dampak yang dirasakan oleh masyarakat baik secara ekonomi maupun penciptaan lapangan pekerjaan.
Juga, ajang balap perahu motor F12HO di Danau Toba, Sumatra Utara, yang terbukti mampu mendorong pengembangan infrastruktur hingga kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas dari bisnis mereka demi menyambut kehadiran wisatawan yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Baca juga: Kemenparekraf usulkan Hari Ekonomi Kreatif diperingati 24 Oktober
Baca juga: Kemenparekraf: Penguatan SDM mampu mewujudkan pariwisata berkualitas
Baca juga: Menparekraf sebut Waisak bangkitkan pelaku parekraf sekitar Borobudur