Jakarta (ANTARA) - Otoritas Eropa pada Rabu telah menyetujui penggunaan vaksin pertama di kawasan itu untuk virus pernapasan syncytial (RSV), yang menyebabkan ribuan kasus rawat inap dan kematian setiap tahunnya.

Vaksin yang dinamai Arexvy tersebut dibuat oleh perusahaan farmasi Inggris GSK dan dirancang untuk melindungi orang berusia 60 tahun ke atas.

RSV biasanya menyebabkan gejala seperti flu dan merupakan penyebab utama pneumonia pada balita dan orang tua.

Struktur molekuler virus yang kompleks dan masalah keamanan pada vaksin sebelumnya menjadi tantangan untuk mengembangkan vaksin ini sejak virus RSV pertama kali ditemukan pada 1956.

Persetujuan Komisi Eropa pada Rabu terkait vaksin ini mengikuti pengesahan dari Badan Obat-obatan Eropa, sekitar satu bulan setelah regulator kesehatan Amerika Serikat memberi ijin bagi penggunaan vaksin Arexvy.

Ketersediaan vaksin Arexvy di Eropa akan bergantung pada rekomendasi nasional dan pembiayaan negara. Peluncuran pertamanya diharapkan bisa berlangsung pada September tahun ini, menjelang musim RSV 2023-2024, kata GSK pada Rabu.

Pada Mei, kepala komersial GSK Luke Miels menjelaskan bahwa pihaknya memperkirakan tidak ada peluncuran yang signifikan di Eropa tahun ini.

GSK, salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, mengandalkan Arexvy untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang mereka, yang sebelumnya sempat terguncang dengan macetnya pemasaran obat kanker dan perlindungan paten untuk senyawa HIV.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS juga menyetujui vaksin serupa, Abrysvo, dari saingannya, Pfizer, minggu lalu.

Mengingat perbedaan definisi titik akhir uji coba di seluruh uji coba GSK dan Pfizer, perbandingan langsung kemanjuran sulit dilakukan.

Kedua perusahaan bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar global sekitar 13 miliar AS atau setara Rp192 triliun untuk vaksin RSV, menurut pemodelan dari analis Jefferies Peter Welford.

Analis tersebut bulan lalu memperkirakan bahwa Arexvy akan meraup empat miliar dolar AS atau sekitar Rp59 triliun dalam puncak penjualan global.

Analis Cowen Steven Scala menyebutkan GSK, jika berkompetisi dengan Pfizer sebagai pesaing yang tangguh, diprediksi mampu menangkap lebih dari setengah pasar pasien RSV dewasa.

Di Eropa, virus RSV setiap tahun menyebabkan lebih dari 270.000 rawat inap dan sekitar 20.000 kematian di rumah sakit pada orang dewasa di atas usia 60 tahun.

Sumber: Reuters

Baca juga: Badan kesehatan Eropa khawatirkan lonjakan infeksi virus pernapasan

Baca juga: Setelah COVID-19 dan RSV, infeksi virus HMPV alami peningkatan di AS

Warga Swedia bersiap hadapi musim dingin yang gelap