Rakyat China rayakan Imlek
10 Februari 2013 14:00 WIB
Lampion berbentuk ular air dan kembang api memeriahkan Perayaan Imlek bertema 'Seaside Chinese Festival' di Promenade Danau Monumen, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (9/2). Berbagai atraksi dan dekorasi bertema Imlek dipasang untuk menarik pengunjung dalam rangka perayaan Imlek 2564. (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
Beijing (ANTARA News) - Mulai dari kereta yang melaju sampai desa di gunung terpencil, rakyat di seluruh China pada Sabtu (9/2) larut dalam perayaan, dengan harapan kegembiraan dalam pesta itu akan menandai awal tahun baru yang lebih baik. Kali ini adalah Imlek 2564 dan mulai hari ini memasuki Tahun Ular Air.
Tahun Baru China, atau Perayaan Musim Semi alias Imlek, jatuh pada Minggu ini. Kebanyakan orang China menghabiskan Sabtu malam dengan memanggang daging, memasang kembang api dan bercengkerama dengan anggota keluarga sambil menikmati tayangan televisi.
Di satu kereta yang bergerak dari Wuhan menuju Shiyan, petugas yang berkeliling menggunakan mikrofon untuk menyiarkan acara buat mereka yang kehilangan kesempatan untuk berada bersama keluarga mereka, kata kantor berita China, Xinhua.
Setelah menampilkan tarian eksotik dan lagu pembuka, seorang pramusaji yang berusia 26 tahun, Lin Lin, mendapat sambutan dari beberapa penumpang yang menjadi penontonnya.
"Saya kira Malam Tahun Baru di kereta pasti sangat sepi dan suram. Saya tak mengira kegairahan seperti ini," kata Jia Zexi, yang bekerja sebagai kepala juru masak di Kota Wuhan, China tengah, sebagaimana dituturkan Xinhua.
Sebagai peristiwa paling penting buat bersatu dengan keluarga, Hari Raya Musim Semi biasanya diawali dengan masa kesibukan lalu lintas nasional, saat ratusan juta pekerja China naik kereta, pesawat dan bus jarak jauh untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Di satu desa di pegunungan Provinsi Guizhou, China, masyarakat lokal --Buyi-- menggelar pesta panggang daging untuk menandai awal tahun baru dan menyambut kembalinya generang muda --yang telah bekerja di belahan lain negeri negeri tersebut, kata Xinhua.
Yang Axiu, warga desa yang berumur 57 tahun, merayakan pergantian tahun dengan makan malam, yang kini meliputi rempah-rempah dan sayur-mayur bukan cuma menu tradisional berupa daging.
"Selama penghematan beberapa tahun belakangan, makan malam yang berlebihan saat Malam Tahun Baru menjadi harapan sepanjang tahun. Namun sekarang, kami dapat menyajikan makanan mewah setiap hari, kami mulai berharap makan malam tahunan dapat kembali ke masa lalu," kata Yang.
Kendati perayaan biasanya berlangsung dari satu wilayah ke wilayah lain, orang di seluruh China lebih setuju untuk makan malam bersama keluarga sebagai bagian mendasar dalam pesta Malam Tahun Baru 2564.
Di China utara, kue bola menjadi menu yang tak terpisahkan, sementara di bagian selatan, nasi menjadi pilihan dibandingkan dengan gandum; umumnya anggota keluarga menyantap kue beras yang lengket. Itu juga menjadi kesempatan bagi keluarga untuk duduk di meja menghadapi makanan lokal yang lezat guna memuaskan putra-putri mereka yang kembali ke kampung halaman.
Di Haijian 137, kapal pengawas Angkatan Laut China yang berpatroli di perairan di sekitar Kepulauan Diayou pada Malam Tahun Baru, acara makan malam menyajikan beragam makanan, termasuk daging kepiting asin, ubur-ubur yang dimasak di dalam bambu dan cumi-cumi masak pedas. Kebanyakan anggota awak kapal tersebut berasal dari Kota Pantai Ningbo.
Saat Matahari menghilang ke "dalam laut" di ufuk timur, anggota awak kapal duduk bersama untuk menikmati santapan mereka dan menyaksikan acara televisi, seperti yang dilakukan kebanyakan anggota keluarga.
(C003)
Tahun Baru China, atau Perayaan Musim Semi alias Imlek, jatuh pada Minggu ini. Kebanyakan orang China menghabiskan Sabtu malam dengan memanggang daging, memasang kembang api dan bercengkerama dengan anggota keluarga sambil menikmati tayangan televisi.
Di satu kereta yang bergerak dari Wuhan menuju Shiyan, petugas yang berkeliling menggunakan mikrofon untuk menyiarkan acara buat mereka yang kehilangan kesempatan untuk berada bersama keluarga mereka, kata kantor berita China, Xinhua.
Setelah menampilkan tarian eksotik dan lagu pembuka, seorang pramusaji yang berusia 26 tahun, Lin Lin, mendapat sambutan dari beberapa penumpang yang menjadi penontonnya.
"Saya kira Malam Tahun Baru di kereta pasti sangat sepi dan suram. Saya tak mengira kegairahan seperti ini," kata Jia Zexi, yang bekerja sebagai kepala juru masak di Kota Wuhan, China tengah, sebagaimana dituturkan Xinhua.
Sebagai peristiwa paling penting buat bersatu dengan keluarga, Hari Raya Musim Semi biasanya diawali dengan masa kesibukan lalu lintas nasional, saat ratusan juta pekerja China naik kereta, pesawat dan bus jarak jauh untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Di satu desa di pegunungan Provinsi Guizhou, China, masyarakat lokal --Buyi-- menggelar pesta panggang daging untuk menandai awal tahun baru dan menyambut kembalinya generang muda --yang telah bekerja di belahan lain negeri negeri tersebut, kata Xinhua.
Yang Axiu, warga desa yang berumur 57 tahun, merayakan pergantian tahun dengan makan malam, yang kini meliputi rempah-rempah dan sayur-mayur bukan cuma menu tradisional berupa daging.
"Selama penghematan beberapa tahun belakangan, makan malam yang berlebihan saat Malam Tahun Baru menjadi harapan sepanjang tahun. Namun sekarang, kami dapat menyajikan makanan mewah setiap hari, kami mulai berharap makan malam tahunan dapat kembali ke masa lalu," kata Yang.
Kendati perayaan biasanya berlangsung dari satu wilayah ke wilayah lain, orang di seluruh China lebih setuju untuk makan malam bersama keluarga sebagai bagian mendasar dalam pesta Malam Tahun Baru 2564.
Di China utara, kue bola menjadi menu yang tak terpisahkan, sementara di bagian selatan, nasi menjadi pilihan dibandingkan dengan gandum; umumnya anggota keluarga menyantap kue beras yang lengket. Itu juga menjadi kesempatan bagi keluarga untuk duduk di meja menghadapi makanan lokal yang lezat guna memuaskan putra-putri mereka yang kembali ke kampung halaman.
Di Haijian 137, kapal pengawas Angkatan Laut China yang berpatroli di perairan di sekitar Kepulauan Diayou pada Malam Tahun Baru, acara makan malam menyajikan beragam makanan, termasuk daging kepiting asin, ubur-ubur yang dimasak di dalam bambu dan cumi-cumi masak pedas. Kebanyakan anggota awak kapal tersebut berasal dari Kota Pantai Ningbo.
Saat Matahari menghilang ke "dalam laut" di ufuk timur, anggota awak kapal duduk bersama untuk menikmati santapan mereka dan menyaksikan acara televisi, seperti yang dilakukan kebanyakan anggota keluarga.
(C003)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: