Jakarta (ANTARA) - Analis Senior Lukman Leong memperkirakan rupiah akan datar dengan kecenderungan menguat terbatas yang didukung oleh permintaan Surat Berharga Negara (SBN).

"Namun, investor keseluruhan masih wait and see FOMC (The Federal Open Market Committee) minggu depan," kata dia ketika ditanya Antara di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, SBN sangat diminati karena ekspektasi penguatan rupiah ke depan ​​​​​dan harapan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) setelah keluar data inflasi Mei 2023 yang menunjukkan inflasi sudah masuk ke target BI.

"Penurunan suku bunga akan menurunkan imbal hasil obligasi dan menaikkan harga. Minggu depan, investor menantikan keputusan suku bunga oleh The Fed," ujar dia.

Baca juga: Rupiah menguat karena pelaku pasar fokus faktor eksternal

Selama satu-dua pekan ini, lanjut dia, ekspektasi suku bunga The Fed sangat bervariasi, sehingga investor menginginkan kejelasan dari The Fed. Data-data ekonomi AS sebelumnya disebut menunjukkan potensi kenaikan suku bunga, tetapi dibantah oleh salah satu pejabat The Fed.

"Jadi sangat simpang siur, investor menghindari ketidakpastian dengan wait and see," ungkapnya.

Baca juga: Dolar AS sedikit melemah di awal sesi Asia, investor nilai opsi Fed

Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank pada Rabu pagi menguat tipis 0,02 persen atau 3 poin menjadi Rp14.857 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.860 per dolar AS.