Sekjen Kemendagri dorong generasi muda jauhi kekerasan
7 Juni 2023 09:13 WIB
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro dalam acara Seminar Nasional Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) XLIII/2023 di Istana Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Padang, Sumbar, Selasa (6/6/2023). ANTARA/HO-Puspen Kemendagri
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro mendorong generasi muda Indonesia untuk menjauhi segala tindak kekerasan.
Menurut Suhajar, sebagaimana dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, untuk menjauhi tindak kekerasan, generasi muda di Tanah Air sepatutnya mampu mengolah hati dan raga dengan lebih baik sehingga menjadi individu yang berkarakter.
"Olah ini hati, pikir, rasa, dan raga. Itulah yang harus terus diolah untuk menjadi generasi yang berkarakter karena sesungguhnya kehidupan di masa depan adalah melayani rakyat,” ujar dia.
Dia menambahkan olah rasa dapat dikembangkan melalui seni dan budaya sehingga muncul empati dan rasa mengasihi dalam diri generasi muda di Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan Suhajar dalam acara Seminar Nasional Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) XLIII/2023 di Istana Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Padang, Sumbar, Selasa (6/6).
Lebih lanjut, Suhajar menyampaikan generasi muda memang tengah menghadapi ancaman masifnya kekerasan yang melibatkan kelompok remaja. Dia lantas mengungkap data kekerasan di Indonesia masih termasuk ke dalam kategori tinggi, yakni menduduki peringkat kelima di dunia dengan tingkat kekerasan sebesar 41 persen.
“Artinya, kasus kekerasan di Indonesia masih banyak. Dalam buku Thomas Lickona, negara akan menuju krisis karakter apabila terlihat sepuluh ciri. Satu di antaranya adalah meningkatnya kekerasan di kelompok remaja. Jadi, kita dengan 41 persen itu tinggi,” ujarnya.
Terkait dengan hal tersebut, Suhajar berharap generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin di masa depan harus mengedepankan pengembangan karakter dan intelektual. Dengan demikian, mereka dapat mencegah dirinya terlibat dalam kekerasan.
Di samping itu, tambah dia, generasi muda juga perlu memperkuat toleransi sehingga kekerasan bisa diminimalisasi. Toleransi itu juga semestinya dipupuk, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.
Menurut Suhajar, sebagaimana dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, untuk menjauhi tindak kekerasan, generasi muda di Tanah Air sepatutnya mampu mengolah hati dan raga dengan lebih baik sehingga menjadi individu yang berkarakter.
"Olah ini hati, pikir, rasa, dan raga. Itulah yang harus terus diolah untuk menjadi generasi yang berkarakter karena sesungguhnya kehidupan di masa depan adalah melayani rakyat,” ujar dia.
Dia menambahkan olah rasa dapat dikembangkan melalui seni dan budaya sehingga muncul empati dan rasa mengasihi dalam diri generasi muda di Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan Suhajar dalam acara Seminar Nasional Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) XLIII/2023 di Istana Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Padang, Sumbar, Selasa (6/6).
Lebih lanjut, Suhajar menyampaikan generasi muda memang tengah menghadapi ancaman masifnya kekerasan yang melibatkan kelompok remaja. Dia lantas mengungkap data kekerasan di Indonesia masih termasuk ke dalam kategori tinggi, yakni menduduki peringkat kelima di dunia dengan tingkat kekerasan sebesar 41 persen.
“Artinya, kasus kekerasan di Indonesia masih banyak. Dalam buku Thomas Lickona, negara akan menuju krisis karakter apabila terlihat sepuluh ciri. Satu di antaranya adalah meningkatnya kekerasan di kelompok remaja. Jadi, kita dengan 41 persen itu tinggi,” ujarnya.
Terkait dengan hal tersebut, Suhajar berharap generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin di masa depan harus mengedepankan pengembangan karakter dan intelektual. Dengan demikian, mereka dapat mencegah dirinya terlibat dalam kekerasan.
Di samping itu, tambah dia, generasi muda juga perlu memperkuat toleransi sehingga kekerasan bisa diminimalisasi. Toleransi itu juga semestinya dipupuk, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023
Tags: