ASEAN Para Games
Keteguhan tekad atlet para games peraih emas
Oleh Aditya Ramadhan
7 Juni 2023 08:34 WIB
Ilustrasi - Lifter putri Indonesia Ni Nengah Widiasih berpose dengan medali emas yang diraihnya dari kelas 45 kg ASEAN Para Games 2023 di National Paralympic Commitee Hall, Phnom Penh, Kamboja, Minggu (4/6/2023). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/tom/pri.
Phnom Penh (ANTARA) - Keping medali emas bundar yang berkilau, yang dikalungkan di leher setiap atlet yang juara di ASEAN Para Games 2023 di Kamboja, itu memiliki cerita. Di balik kilau tersebut tersimpan energi dan motivasi, juga keteguhan hati setiap atlet yang membuatnya bisa meraih keping emas itu.
Sama halnya seperti semua orang, atlet para games juga memiliki tujuan hidup dan beragam motivasinya untuk mencapai kebahagiaan itu. Para atlet dengan beragam disabilitas itu jauh-jauh datang ke Kamboja bukan untuk sekadar bertanding, melainkan ada hal-hal yang lebih besar dari pada olahraga.
Atlet para-angkat berat asal Bali dan Jawa Barat, Ni Nengah Widiasih dan Eneng Paridah, misalnya, menyimpan berbagai perasaan campur aduk usai selesai mengangkat beban hingga 99 kg yang membuahkan emas.
Bukan raut wajah bahagia yang terpancar di kedua wajah mereka, lebih dari itu. Gelisah, cemas, sesekali tersenyum, dan air mata yang hampir tumpah, tampak di wajah kedua atlet tersebut saat sesi pengalungan medali emas.
Ternyata benar, kegelisahan di wajah Ni Nengah itu memiliki banyak arti. Tangis perempuan Bali itu pecah juga di hadapan kamera para wartawan ketika ia menceritakan tentang kisah ibunya yang sedang berjuang melawan kanker.
"Saya bilang sama ibu saya, saya persembahkan dua medali emas untuk ibu. Semoga ibu bisa bertahan karena saya nggak mungkin mampu menghadapi semuanya, saya nggak mungkin mencapai ini semuanya kalau tanpa doa dari ibu," kata Ni Nengah sambil mengelap air mata dengan tangannya berkali-kali.
Sedangkan kegelisahan dari air mata Eneng Paridah masih misteri. Usai berhasil mendapat emas, Eneng menelpon hampir setengah jam dengan ekspresi yang tak jauh berbeda dengan apa yang diperlihatkannya saat pengalungan medali. Selesai menelpon, Eneng berlalu pergi.
Di lain hari, lifter putri para-angkat berat Shebrioni yang juga berhasil membawa pulang emas turut bercerita tentang motivasinya. Shebrioni adalah seorang ibu dengan anak semata wayang, namun putrinya sudah berpulang.
"Anak saya sudah meninggal karena getah beningnya sudah menjalar ke kaki, usianya 13 tahun. Sudah banyak kenangan bersamanya. Saya persembahkan emas ini untuk anak saya," kata atlet yang akrab disapa Monic tersebut.
Monic yang berkompetisi di kelas 67 kg putri meraih emas dengan keberhasilannya mengangkat beban seberat 105 kg, dan secara total telah mengangkat barbel seberat 308 kg.
Lain lagi cerita atlet para-atletik Partin Muhlisin yang selalu ingat pesan orang tua. Partin memenangi emas dari nomor estafet 4 x 100 meter T42-47 putra bersama Nur Ferry Pradana, Ryan Arda Diarta, dan Rizal Bagus Saktyono.
Rupanya, Partin punya ritual tersendiri sebelum bertanding dan menyabet emas di lari estafet satu putaran lintasan. Dia terlebih dulu berdoa dengan menunaikan shalat dua rakaat sebelum berangkat ke perlombaan di lapangan.
"Pesan dari orang tua juga shalat dua rakaat sebelum ke lapangan," katanya.
Partin begitu patuh pada orang tuanya, dan juga taat kepada Sang Pencipta. Selama berangkat ke Kamboja untuk berjuang di ASEAN Para Games 2023, Partin tidak pernah meninggalkan shalat wajib.
"Selalu ingat nasihat orang untuk jangan pernah lupakan Allah dan meninggalkan shalat," kata Partin kemudian.
Pada cabang olahraga judo tunanetra, Nurul Fadilah yang berhasil mendulang medali emas di nomor beregu putri mendapat kabar duka dari Tanah Air. Sang ibunda meninggal dunia usai Nurul mempersembahkan emas untuk ibunya.
“Prestasi ini saya persembahkan khusus untuk Ibu. Tapi hari ini, saya menerima kabar duka cita beliau meninggal dunia,” kata Nurul. Nurul bersama dengan rekan lainnya berhasil meraih emas usai mengalahkan atlet judo tunanetra dari Thailand dan Kamboja.
Nurul mendapati kabar duka itu usai pengalungan medali emas, pukul 16.30 WIB, lewat sambungan telepon. Dia akan kembali ke Tanah Air pada hari ini, lebih cepat dari yang dijadwalkan bersama kontingen Indonesia pada Sabtu (10/6).
Menuju juara umum
Kontingen Indonesia pada ASEAN Para Games 2023 di Kamboja telah bekerja keras dengan maksimal hingga hari kelima penyelenggaraan pesta olahraga penyandang disabilitas se-Asia Tenggara.
Per hari kemarin, Tim Indonesia telah mengumpulkan 100 medali emas, 80 perak, dan 58 perunggu. Total 238 keping medali telah dibawa pulang oleh tim Indonesia.
Capaian ini hampir menyentuh torehan medali emas yang ditargetkan, yaitu 121 emas di ASEAN Para Games Kamboja. Dengan dua hari lagi kompetisi tersisa, Indonesia diharapkan bisa mencapai atau bahkan melampaui target itu.
Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi pemuncak klasemen perolehan medali. Di bawahnya bertengger pesaing terkuat Thailand dengan 73 emas, 68 perak, dan 50 perunggu.
Namun, Indonesia masih berpeluang besar menambah pundi-pundi emas lewat beberapa cabang olahraga supaya bisa memastikan status sebagai juara umum ASEAN Para Games 2023 di Kamboja.
Meraih juara umum pada ASEAN Para Games tahun ini memang penting karena Indonesia akan mencatatkan sejarah dengan tiga kali berturut-turut menjadi juara di ajang olahraga penyandang disabilitas tingkat Asia Tenggara.
Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia Andi Herman optimistis skuad Merah Putih mampu mencapai target perolehan medali dan status juara umum di ASEAN Para Games (APG) 2023 Kamboja, jika ia menilai dari konsistensi performa para atlet dan tim.
Ia menilai masih banyak cabang olahraga yang akan dipertandingkan dan Indonesia memiliki peluang untuk menambah pundi-pundi medali.
Perebutan medali masih 2 hari lagi. Semoga motivasi pribadi masing-masing atlet para games bisa terus memacu perolehan kepingan-kepingan emas selanjutnya.
Editor: Achmad Zaenal M
Sama halnya seperti semua orang, atlet para games juga memiliki tujuan hidup dan beragam motivasinya untuk mencapai kebahagiaan itu. Para atlet dengan beragam disabilitas itu jauh-jauh datang ke Kamboja bukan untuk sekadar bertanding, melainkan ada hal-hal yang lebih besar dari pada olahraga.
Atlet para-angkat berat asal Bali dan Jawa Barat, Ni Nengah Widiasih dan Eneng Paridah, misalnya, menyimpan berbagai perasaan campur aduk usai selesai mengangkat beban hingga 99 kg yang membuahkan emas.
Bukan raut wajah bahagia yang terpancar di kedua wajah mereka, lebih dari itu. Gelisah, cemas, sesekali tersenyum, dan air mata yang hampir tumpah, tampak di wajah kedua atlet tersebut saat sesi pengalungan medali emas.
Ternyata benar, kegelisahan di wajah Ni Nengah itu memiliki banyak arti. Tangis perempuan Bali itu pecah juga di hadapan kamera para wartawan ketika ia menceritakan tentang kisah ibunya yang sedang berjuang melawan kanker.
"Saya bilang sama ibu saya, saya persembahkan dua medali emas untuk ibu. Semoga ibu bisa bertahan karena saya nggak mungkin mampu menghadapi semuanya, saya nggak mungkin mencapai ini semuanya kalau tanpa doa dari ibu," kata Ni Nengah sambil mengelap air mata dengan tangannya berkali-kali.
Sedangkan kegelisahan dari air mata Eneng Paridah masih misteri. Usai berhasil mendapat emas, Eneng menelpon hampir setengah jam dengan ekspresi yang tak jauh berbeda dengan apa yang diperlihatkannya saat pengalungan medali. Selesai menelpon, Eneng berlalu pergi.
Di lain hari, lifter putri para-angkat berat Shebrioni yang juga berhasil membawa pulang emas turut bercerita tentang motivasinya. Shebrioni adalah seorang ibu dengan anak semata wayang, namun putrinya sudah berpulang.
"Anak saya sudah meninggal karena getah beningnya sudah menjalar ke kaki, usianya 13 tahun. Sudah banyak kenangan bersamanya. Saya persembahkan emas ini untuk anak saya," kata atlet yang akrab disapa Monic tersebut.
Monic yang berkompetisi di kelas 67 kg putri meraih emas dengan keberhasilannya mengangkat beban seberat 105 kg, dan secara total telah mengangkat barbel seberat 308 kg.
Lain lagi cerita atlet para-atletik Partin Muhlisin yang selalu ingat pesan orang tua. Partin memenangi emas dari nomor estafet 4 x 100 meter T42-47 putra bersama Nur Ferry Pradana, Ryan Arda Diarta, dan Rizal Bagus Saktyono.
Rupanya, Partin punya ritual tersendiri sebelum bertanding dan menyabet emas di lari estafet satu putaran lintasan. Dia terlebih dulu berdoa dengan menunaikan shalat dua rakaat sebelum berangkat ke perlombaan di lapangan.
"Pesan dari orang tua juga shalat dua rakaat sebelum ke lapangan," katanya.
Partin begitu patuh pada orang tuanya, dan juga taat kepada Sang Pencipta. Selama berangkat ke Kamboja untuk berjuang di ASEAN Para Games 2023, Partin tidak pernah meninggalkan shalat wajib.
"Selalu ingat nasihat orang untuk jangan pernah lupakan Allah dan meninggalkan shalat," kata Partin kemudian.
Pada cabang olahraga judo tunanetra, Nurul Fadilah yang berhasil mendulang medali emas di nomor beregu putri mendapat kabar duka dari Tanah Air. Sang ibunda meninggal dunia usai Nurul mempersembahkan emas untuk ibunya.
“Prestasi ini saya persembahkan khusus untuk Ibu. Tapi hari ini, saya menerima kabar duka cita beliau meninggal dunia,” kata Nurul. Nurul bersama dengan rekan lainnya berhasil meraih emas usai mengalahkan atlet judo tunanetra dari Thailand dan Kamboja.
Nurul mendapati kabar duka itu usai pengalungan medali emas, pukul 16.30 WIB, lewat sambungan telepon. Dia akan kembali ke Tanah Air pada hari ini, lebih cepat dari yang dijadwalkan bersama kontingen Indonesia pada Sabtu (10/6).
Menuju juara umum
Kontingen Indonesia pada ASEAN Para Games 2023 di Kamboja telah bekerja keras dengan maksimal hingga hari kelima penyelenggaraan pesta olahraga penyandang disabilitas se-Asia Tenggara.
Per hari kemarin, Tim Indonesia telah mengumpulkan 100 medali emas, 80 perak, dan 58 perunggu. Total 238 keping medali telah dibawa pulang oleh tim Indonesia.
Capaian ini hampir menyentuh torehan medali emas yang ditargetkan, yaitu 121 emas di ASEAN Para Games Kamboja. Dengan dua hari lagi kompetisi tersisa, Indonesia diharapkan bisa mencapai atau bahkan melampaui target itu.
Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi pemuncak klasemen perolehan medali. Di bawahnya bertengger pesaing terkuat Thailand dengan 73 emas, 68 perak, dan 50 perunggu.
Namun, Indonesia masih berpeluang besar menambah pundi-pundi emas lewat beberapa cabang olahraga supaya bisa memastikan status sebagai juara umum ASEAN Para Games 2023 di Kamboja.
Meraih juara umum pada ASEAN Para Games tahun ini memang penting karena Indonesia akan mencatatkan sejarah dengan tiga kali berturut-turut menjadi juara di ajang olahraga penyandang disabilitas tingkat Asia Tenggara.
Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia Andi Herman optimistis skuad Merah Putih mampu mencapai target perolehan medali dan status juara umum di ASEAN Para Games (APG) 2023 Kamboja, jika ia menilai dari konsistensi performa para atlet dan tim.
Ia menilai masih banyak cabang olahraga yang akan dipertandingkan dan Indonesia memiliki peluang untuk menambah pundi-pundi medali.
Perebutan medali masih 2 hari lagi. Semoga motivasi pribadi masing-masing atlet para games bisa terus memacu perolehan kepingan-kepingan emas selanjutnya.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023
Tags: