Ribuan orang di Tunis unjuk rasa anti-Prancis
9 Februari 2013 22:47 WIB
Pelayat membawa peti jenazah pemimpin oposisi terbunuh Chokri Belaid saat upacara pemakaman menuju pemakaman El-Jellaz, distrik Jebel Jelloud, Tunis, Jumat (8/2). Puluhan ribu pelayat menyerukan slogan anti-Islamis saat upacara pemakaman Belaid, yang pembunuhannya membuat Tunisia tenggelam dalam krisis politik lebih dalam. (REUTERS/Anis Mili)
Tunis (ANTARA News) - Ribuan orang berunjuk rasa di pusat kota Tunis pada hari Sabtu meneriakkan slogan-slogan anti-Prancis dan pro-Islam, sehari setelah pemakaman seorang tokoh oposisi berubah menjadi unjuk rasa massal melawan partai berhaluan Islam.
Para pendukung partai Ennahda yang menurut perkiraan wartawan AFP jumlahnya mencapai lebih 3.000 orang. Mereka meneriakkan slogan-slogan di antaranya "Prancis keluar," dan "Rakyat ingin melindungi legitimasi" (pemerintah).
Sejumlah spanduk yang dibawa pengunjuk rasa berbunyi "Cukup! Prancis! Tunisia tak akan pernah lagi jadi koloni Prancis".
Demonstrasi pro-Ennahda terjadi di Habib Bourguiba Avenue, pusat revolusi 2011 yang menumbangkan bekas diktator Zine El Abidine Ben Ali, dekat dengan Kedutaan Besar Prancis.
Partai itu menyerukan protes tersebut untuk "membela legitimasi majelis konstituen nasional," yang didominasi pendukung Ennahda guna melawan kekerasan politik dan campur tangan Prancis.
Slogan-slogan anti-Prancis itu muncul sebagai tanggapan atas komentar Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls, yang mengecam apa yang disebutnya "fasisme Islam" setelah Chokri Balaid, pengeritik vokal pemerintah ditembak mati di luar rumahnya, Rabu.
Oposisi telah menyalahkan Ennahda melakukan pembunuhan itu, yang kemudian dibantah.
Pembunuhan Belaid telah membawa Tunisia ke dalam pergolakan pasca-revolusi, dengan ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan pada Jumat untuk mengikuti pemakamannya.
(M016)
Para pendukung partai Ennahda yang menurut perkiraan wartawan AFP jumlahnya mencapai lebih 3.000 orang. Mereka meneriakkan slogan-slogan di antaranya "Prancis keluar," dan "Rakyat ingin melindungi legitimasi" (pemerintah).
Sejumlah spanduk yang dibawa pengunjuk rasa berbunyi "Cukup! Prancis! Tunisia tak akan pernah lagi jadi koloni Prancis".
Demonstrasi pro-Ennahda terjadi di Habib Bourguiba Avenue, pusat revolusi 2011 yang menumbangkan bekas diktator Zine El Abidine Ben Ali, dekat dengan Kedutaan Besar Prancis.
Partai itu menyerukan protes tersebut untuk "membela legitimasi majelis konstituen nasional," yang didominasi pendukung Ennahda guna melawan kekerasan politik dan campur tangan Prancis.
Slogan-slogan anti-Prancis itu muncul sebagai tanggapan atas komentar Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls, yang mengecam apa yang disebutnya "fasisme Islam" setelah Chokri Balaid, pengeritik vokal pemerintah ditembak mati di luar rumahnya, Rabu.
Oposisi telah menyalahkan Ennahda melakukan pembunuhan itu, yang kemudian dibantah.
Pembunuhan Belaid telah membawa Tunisia ke dalam pergolakan pasca-revolusi, dengan ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan pada Jumat untuk mengikuti pemakamannya.
(M016)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: