"Tidak bisa dipastikan dan diketahui kapan trauma korban bisa benar-benar sembuh, sehingga kami terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan pihak lain yang menangani," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) DP3A Sulteng Patricia di Palu menanggapi kesehatan korban, Selasa.
Ia mengemukakan UPT DP3A Sulteng melakukan pendampingan, bukan hanya kepada RO (korban asusila) melainkan juga terhadap keluarga korban.
Hal itu dikarenakan kasus tersebut bukan hanya berdampak pada korban namun juga pihak keluarga, khususnya orang tua.
"Pendampingan dilakukan setiap hari dan secara terus menerus, karena korban bukan hanya trauma karena kejadian itu tetapi juga soal pemberitaan yang ada," ujarnya.
Ia mengemukakan saat ini tim pendamping masih mengutamakan kesehatan korban yang dilakukan oleh otoritas Rumah Sakit (RS) Undata Palu.
"Kami berupaya melakukan pendampingan yang terbaik, agar korban sembuh dari trauma akibat kejadian itu," kata dia menambahkan.
Selain melakukan pendampingan untuk kesembuhan trauma korban, UPT PPA juga terus memantau proses hukum supaya korban mendapatkan keadilan.
"Kami kawal terus dan kalau ada bantuan hukum dari luar Sulteng kami serahkan ke pihak keluarga, karena itu hak mereka," kata Patricia
Baca juga: Polisi: Oknum anggota Polri ditetapkan tersangka kasus asusila
Baca juga: Kompolnas dorong penyidik terapkan UU TPKS dalam kasus Parigi Moutong
Baca juga: Dokter ahli jiwa dilibatkan tangani trauma korban asusila di Sulteng
Baca juga: Polisi: Oknum anggota Polri ditetapkan tersangka kasus asusila
Baca juga: Kompolnas dorong penyidik terapkan UU TPKS dalam kasus Parigi Moutong
Baca juga: Dokter ahli jiwa dilibatkan tangani trauma korban asusila di Sulteng