Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kualitas penyerapan belanja modal yang baik dapat mempengaruhi peningkatan angka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

"Yang penting bukan masalah besarnya belanja, tapi masalah penyerapannya seperti apa," ujarnya di Jakarta, Jumat.

Bambang menjelaskan pertumbuhan ekonomi tahun lalu hanya tercatat 6,23 persen, tidak mencapai perkiraan terbawah pemerintah sebesar 6,3 persen, karena penyerapan belanja modal tidak memenuhi harapan.

Padahal realisasi belanja modal tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan angka investasi yang menyumbang 9,81 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan, pada 2012.

"Saya bisa katakan, kemarin itu 6,23 persen karena belanja modal tidak optimal," ujar Bambang.

Untuk itu, apabila penyerapan modal lebih baik dari 2012 yang hanya tercatat 79,6 persen dari pagu, dan angka pembentukan modal tetap bruto atau investasi dapat diatas 10 persen, maka pertumbuhan ekonomi keseluruhan bisa mendekati target 6,8 persen.

"Saya optimis target di atas 6,5 persen bisa tercapai tahun ini tapi kuncinya itu investasi harus tumbuh di atas 10 persen, dan itu tidak mesti mengandalkan FDI, tapi juga sumbangan pemerintah," ujarnya.

Bambang mengharapkan penyerapan belanja modal yang ditetapkan senilai Rp184,4 triliun dalam APBN 2013 dapat terjadi secara maksimal mulai pada awal tahun agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik.

"Kita prihatin sekarang ini masih agak lambat, tapi mudah-mudahan Februari, Maret dan April bisa agak cepat," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi 2012 menurut sisi penggunaan terjadi pada komponen pembentukan modal tetap bruto 9,81 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,28 persen, ekspor 2,01 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah 1,25 persen.

Sedangkan, komponen impor sebagai faktor pengurang, mengalami pertumbuhan hingga mencapai 6,65 persen.
(S034/Y008)