Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Dua mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jember Adi Saputra dan Putri Nurul Azizah menolak pasif. Dua mahasiswa itu memilih keluar dari zona nyaman, dengan menerbitkan buku ber-ISBN (International Standard Book Number) sebelum kuliah di kampus setempat.
Kedua mahasiswa yang sama-sama diterima di Universitas Jember melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tahun 2022 di FKIP membuat kagum banyak orang karena tidak banyak calon mahasiswa yang melakukan itu, apalagi menjelang masa awal beradaptasi dengan kuliah.
Adi Saputra yang akrab disapa dengan Adi merupakan salah satu mahasiswa dengan segudang prestasi di dunia sastra karena sejak SMA telah beberapa kali mengikuti lomba puisi dan menjadi juara di ajang nasional.
Saat menjadi mahasiswa tidak lantas menghentikan kecintaannya pada dunia sastra, caranya dengan tetap mengikuti berbagai ajang lomba puisi berskala nasional.
Selama menjalani masa perkuliahan tahun pertama itu, mahasiswa asal Kabupaten Banyuwangi itu sudah mengikuti enam perlombaan cipta puisi nasional dan satu lomba cipta baca puisi nasional.
Hasilnya pun tak bisa dipandang sebelah mata dengan deretan prestasinya, yakni juara ketiga Lomba Cipta Puisi Nasional oleh Forum Tenaga Ahli Lingkungan dengan puisi berjudul "Jangan Menangis Lagi, Rimba".
Kemudian juara tiga Lomba Cipta Puisi Nasional bertema "Harapan" oleh Media Semesta 21 dengan puisi berjudul "Harapan Perempuan Tunasusila". Masuk dalam kategori 10 puisi terbaik dalam lomba cipta puisi nasional oleh Forum Komunikasi OSIS Nurul Jadid Probolinggo dengan puisi berjudul "Edukasi Pertiwi Berbangkit".
Sementara puisinya yang berjudul "Sembap Mataku Ialah Kepulangan Ibunda" bertengger di posisi ke-15 dari 1.800 puisi terbaik dalam lomba cipta nasional oleh Lintas Media Pustaka.
Selain jago menulis dan membaca puisi, Adi pernah menyempatkan diri menulis novel bergenre romansa Islami yang berjudul "Bring U Back" yang telah terbit akhir tahun 2021.
Novel itu lahir dari keikutsertaannya pada Lomba Menulis Cerita Remaja Islami Tingkat Kabupaten Banyuwangi 2021, yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Banyuwangi bekerja sama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Agama Banyuwangi dan Komunitas Cerita Islami Indonesia (CERIS).
Baginya, menulis novel itu perjuangan karena selama ini lebih terbiasa menulis puisi dan saat menulis novel maka batas minimal yang ditentukan sebanyak 80 halaman.
Walau sangat berat, ia tetap bertekad menyelesaikan bukunya. Tantangan itu belum selesai karena Adi menulis naskah novel dengan laptop pinjaman hingga prosesnya sempat berjalan tersendat. Ia beruntung karena dekat dengan seseorang yang selalu memberinya semangat untuk menyelesaikan novelnya.
Sedikit berbeda dengan Adi, Putri Nurul Azizah yang lebih akrab disapa Putri, memilih berkecimpung dalam penulisan novel, khususnya novel bergenre horor.
Mahasiswi yang juga berasal dari Banyuwangi itu mengaku suka menulis sejak duduk di bangku SMP, tepatnya di kelas VIII karena awalnya suka membaca buku-buku fiksi hingga suatu saat terbersit pikiran untuk menghasilkan karyanya sendiri dalam bentuk sebuah buku.
"Saya kagum dengan para pengarang yang bisa menulis novel berlembar-lembar hingga memukau pembacanya. Jika mereka bisa menulis buku, mengapa saya tidak?" katanya.
Dengan semangat yang luar biasa itu akhirnya Putri pun memutuskan mengikuti lomba menulis novel Bahasa Osing dan hasilnya tak mengecewakan bagi penulis pemula sepertinya, dengan menyabet juara kedua dalam lomba yang diselenggarakan oleh Pemkab Banyuwangi itu.
Hingga saat ini sudah ada tiga karya tulisan Putri yang telah menjadi buku. Pertama, cerita pendeknya berjudul Sisik Melik yang masuk dalam buku Antologi Cerita Pendek Berbahasa Osing Tahun 2018.
Kedua, novel horor berjudul "Mustaka Ke-13" yang diterbitkan secara digital melalui cabaca.id Tahun 2019 dan yang terbaru novel horor berjudul "Tiyang Langking" yang terbit tahun lalu.
Novel Tiyang Langking mengisahkan tiga relawan pendidikan di sebuah desa bernama Desa Angkara. Ceritanya, selama tiga bulan berada di desa tersebut, mereka bertemu dengan seorang anak laki-laki dengan wajah pucat yang selalu diikuti bayangan hitam.
Anehnya, dari ketiga relawan yang menjadi guru di Desa Angkara itu, cuma Leni yang bisa melihat dan semakin hari, semakin banyak hal aneh yang mereka jumpai.
Hal-hal yang membuat suasana semakin runyam dan panas hingga sebuah rahasia terkuak, pun juga dalang di baliknya. Alur yang menegangkan dengan akhir cerita yang tidak terduga berhasil dikemas dalam satu novel, Tiyang Langking.
Ide menulis cerita horor itu muncul dari ibunya karena hampir tiap malam sang ibu menceritakan tentang kisah horor dan ditambah juga cerita dari temannya yang sering melihat hal-hal yang bersifat gaib.
Dari pada kisah mistis tersebut terbuang begitu saja, Putri menjadikan ide cerita dalam novelnya dan ide-idenya menulis muncul tanpa sengaja ketika orang-orang di sekitarnya menceritakan tentang hal-hal mistis.
Tanpa harus putus di karya itu, Putri memiliki keinginan menulis kembali setelah mengasah kemampuan menulisnya secara lebih baik lagi dengan memperdalam kemampuan menulis lebih matang, baik dari segi alur ceritanya, latar belakang, dan lain sebagainya dengan mengikuti sejumlah lomba menulis.
Kedua mahasiswa FKIP Universitas Jember itu berencana terus mengasah keahliannya dalam menulis dan menorehkan prestasi, sehingga diharapkan bisa lebih banyak lagi buku atau novel yang diterbitkan selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri (PTN) di Jember yang berjuluk Kampus Tegalboto itu.
Artikel
Cerita dua mahasiswa Unej terbitkan novel sebelum kuliah
Oleh Zumrotun Solichah
5 Juni 2023 21:57 WIB
Salah satu mahasiswi FKIP Unej Putri Nurul Azizah yang sudah menerbitkan tiga novel (ANTARA/HO-Humas Unej)
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023
Tags: