Sidoarjo (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan gagal tumbuh akibat kekurangan gizi atau stunting menyebabkan mudah sakit dan anak tidak bisa menjadi TNI dan polisi ketika mereka dewasa.

Hasto menuturkan seorang anak yang mengalami stunting akan memiliki tubuh yang pendek sehingga tidak bisa menjadi TNI dan polisi karena terdapat ketentuan tinggi badan tertentu untuk mendaftar.

“Kerugian stunting itu dia pendek sehingga tidak bisa jadi tentara dan polisi. Lalu, belum tua sudah sering sakit-sakitan,” katanya dalam Konsolidasi Program Bangga Kencana dan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin.

Hasto mengatakan seorang anak yang mengalami stunting tidak hanya memiliki tubuh yang pendek, namun juga akan susah berprestasi di sekolah. Hal tersebut karena stunting dalam jangka pendek hingga panjang menyebabkan turunnya kualitas sumber daya manusia, produktivitas, dan daya saing.

Ia merinci dampak jangka pendek stunting meliputi gangguan perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Baca juga: BKKBN paparkan tiga tantangan wujudkan generasi emas tahun 2045

Sementara dampak jangka panjang stunting adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, serta menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terpapar penyakit.

Selain itu, kata dia, dampak jangka panjang dari stunting juga termasuk meningkatnya risiko memiliki penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan disablitas pada usia tua.

“Kalau kita punya banyak anak stunting masa depannya berat,” ujar Hasto.

World Health Organization (WHO), lanjutnya, mengamanatkan tingkat stunting tidak boleh lebih dari 20 persen. Sedangkan di Indonesia kini masih berada di level 21,6 persen.

Oleh sebab itu pemerintah terus gencar menurunkan angka stunting di Indonesia melalui berbagai upaya, termasuk memasukkannya pada target tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Stunting nasional masih 21,6 persen. Artinya per 100 anak ada 21 yang mengalami stunting,” kata Hasto.

Baca juga: BKKBN: Penurunan kasus stunting jadi tanggung jawab bersama
Baca juga: Menko PMK minta keluarga tak panik bila anak terkena stunting