Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan laju aktivitas industri manufaktur ini didukung oleh produktivitas yang masih berjalan karena pasokan bahan baku terjaga.
“Kita harus bersyukur karena kondisi industri manufaktur tetap berada di level ekspansi selama 21 bulan berturut-turut. Meskipun terjadi perlambatan lajunya dibanding bulan lalu, tetapi untuk kondisi permintaan baru dan lapangan kerja masih cukup baik,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Baca juga: Airlangga sebut perluasan pasar dan perjanjian ekonomi akan ungkit PMI
PMI manufaktur Indonesia pada Mei mampu mengungguli PMI manufaktur Malaysia (47,8), Taiwan (44,3), Vietnam (45,3), Korea Selatan (48,4), Inggris (47,1), Belanda (44,2), Jerman (43,2), Prancis (45,7), dan Amerika Serikat (48,4). Bahkan juga di atas PMI manufaktur dunia (49,6) dan zona Eropa (44,8).
Menperin menjelaskan, kondisi perekonomian Indonesia terbilang mampu menghadapi dinamika perekonomian global yang terus melambat.
“Perlambatan ekonomi global yang terjadi sejak akhir tahun 2022, turut membawa dampak pada daya beli konsumen dalam negeri,” ungkapnya.
Situasi itu juga mempengaruhi nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Mei 2023 yang ekspansinya sedikit terjun dibanding bulan sebelumnya. IKI Mei yang berada di posisi 50,9 menunjukkan bahwa hasil PMI manufaktur sejalan dengan hasil IKI.
Guna mengembalikan kinerja industri manufaktur nasional, Menperin menegaskan pihaknya fokus untuk menjalankan kebijakan pengoptimalan terhadap produk lokal melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
“Kami akan terus pacu permintaan domestik melalui program P3DN. Belanja kementerian/lembaga dan pemerintah daerah akan terus dipantau terutama yang memiliki anggaran belanja besar selama ini,” paparnya.
Baca juga: Temui METI, Menperin bahas peluang kerja sama "green hydrogen"
Menperin meminta pelaku industri manufaktur untuk dapat memanfaatkan potensi belanja produk dalam negeri oleh kementerian/lembaga, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMN pada 2023 ini ditargetkan sebesar Rp1.100 triliun.Baca juga: Temui METI, Menperin bahas peluang kerja sama "green hydrogen"
“Apabila permintaan produk dalam negeri terus menguat, kami optimistis laju PMI manufaktur dan IKI akan kembali melambung. Bahkan, Kementerian Perindustrian juga fokus untuk menjalankan kebijakan strategis lainnya seperti hilirisasi industri,” imbuhnya.