Kendaraan listrik percepat era nol emisi karbon
5 Juni 2023 19:20 WIB
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi dalam webinar di Jakarta, Senin (5/6/2023). (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi menyebutkan bahwa ekosistem kendaraan listrik dapat mempercepat langkah menuju era net zero emission (NZE) atau emisi nol karbon pada 2060.
Menurutnya, dalam Nationally Determined Contribution (NDC) percepatan penggunaan kendaraan listrik adalah upaya tambahan dari skenario yang telah dirancang.
"Jika ada ekosistem baru yang terbentuk, kita akan mencapai tujuan tersebut lebih cepat," ujar Laksmi dalam webinar di Jakarta, Senin.
Baca juga: KSP sebut pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik dipengaruhi SPKLU
Laksmi mengatakan, upaya ini sangat penting dalam menurunkan Gas Rumah Kaca (GRK) dan menjaga ekosistem yang mendukung kehidupan. Terlebih, data ilmiah pada 2018 menunjukkan bahwa jika tidak ada tindakan yang dilakukan, kenaikan suhu rata-rata di akhir abad ini dapat melebihi 2 derajat celsius.
Kenaikan suhu tersebut akan berdampak negatif terhadap ekosistem yang mendukung kehidupan. Banyak spesies yang sensitif terhadap perubahan iklim berisiko punah.
"Kita harus meningkatkan ketahanan iklim sebagai salah satu langkah yang harus diambil," kata Laksmi.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda menilai, dalam upaya transisi energi, sektor transportasi menjadi fokus penting.
"Penggunaan kendaraan listrik akan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi emisi GRK. Namun, untuk mewujudkannya, infrastruktur yang memadai perlu dibangun," kata Yudo.
Baca juga: Menilik dorongan kebijakan Bank Indonesia untuk capai Emisi Karbon Nol
Untuk menjalankan rencana ini, Indonesia telah mengeluarkan regulasi dan saat ini terdapat 842 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah beroperasi.
Yudo menekankan pentingnya efisiensi energi sebagai langkah strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Terlebih, potensi penghematan energi di Indonesia sangat besar, bahkan mencapai miliaran dolar setiap tahun.
"Salah satu tahapan yang paling penting dalam proses transisi energi ini adalah meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). Panel surya, energi hidro, dan energi geotermal akan menjadi fokus utama dalam diversifikasi sumber energi di Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, dalam Nationally Determined Contribution (NDC) percepatan penggunaan kendaraan listrik adalah upaya tambahan dari skenario yang telah dirancang.
"Jika ada ekosistem baru yang terbentuk, kita akan mencapai tujuan tersebut lebih cepat," ujar Laksmi dalam webinar di Jakarta, Senin.
Baca juga: KSP sebut pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik dipengaruhi SPKLU
Laksmi mengatakan, upaya ini sangat penting dalam menurunkan Gas Rumah Kaca (GRK) dan menjaga ekosistem yang mendukung kehidupan. Terlebih, data ilmiah pada 2018 menunjukkan bahwa jika tidak ada tindakan yang dilakukan, kenaikan suhu rata-rata di akhir abad ini dapat melebihi 2 derajat celsius.
Kenaikan suhu tersebut akan berdampak negatif terhadap ekosistem yang mendukung kehidupan. Banyak spesies yang sensitif terhadap perubahan iklim berisiko punah.
"Kita harus meningkatkan ketahanan iklim sebagai salah satu langkah yang harus diambil," kata Laksmi.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda menilai, dalam upaya transisi energi, sektor transportasi menjadi fokus penting.
"Penggunaan kendaraan listrik akan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi emisi GRK. Namun, untuk mewujudkannya, infrastruktur yang memadai perlu dibangun," kata Yudo.
Baca juga: Menilik dorongan kebijakan Bank Indonesia untuk capai Emisi Karbon Nol
Untuk menjalankan rencana ini, Indonesia telah mengeluarkan regulasi dan saat ini terdapat 842 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah beroperasi.
Yudo menekankan pentingnya efisiensi energi sebagai langkah strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Terlebih, potensi penghematan energi di Indonesia sangat besar, bahkan mencapai miliaran dolar setiap tahun.
"Salah satu tahapan yang paling penting dalam proses transisi energi ini adalah meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). Panel surya, energi hidro, dan energi geotermal akan menjadi fokus utama dalam diversifikasi sumber energi di Indonesia," ujarnya.
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: