Tokyo (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Kamis, ingin mengusahakan satu solusi yang dapat diterima kedua pihak atas sengketa wilayah dengan Rusia dan menanda tangani perjanjian perdamaian dengan Moskow.

Jika dengan Rusia dia berketatapan begitu, maka dengan China dia jauh berbeda. Dia tidak berkompromi mengenai sengketa dengan China menyangkut kedaulatan atas pulau-pulau yang disengketakan.

"Tidak ada perubahan dalam ketetapan hati saya untuk melakukan segala sesutu yang dapat saya lakukan bagi satu perjanjian perdamaian dengan Rusia setelah menyelesaikan masalah Wilayah Utara," kata Abe, mengacu pada Kuril Selatan yang dikuasai Rusia.

Pada Desember tahun lalu, Abe dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sepakat memulai kembali perundingan mengenai penandatanganan satu perjanjian perdamaian secara resmi mengakhiri permusuhan Perang Dunia II yang terhambat akibat sengketa itu.

"Dalam percakapan telepon itu, saya mengemukakan kepada Presiden Putin; saya akan melakukan usaha-usaha menemukakan satu solusi yang dapat diterima kedua pihak," kata Abe.


Sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah Wilayah Utara itu. Dia berbicara kepada para pengunjuk rasa dukungan pemerintah yang diikuti sekitar 2.000 orang mantan penduduk pulau-pulau itu dan keturunan mereka di Tokyo.

Pasukan Sovyet menduduki kepulauan itu, yang merupakan perairan kaya ikan di lepas pantai utara Hokkaido, pada hari-hari terakhir Perang Dunia II dan dihuni penduduk Jepang.

Kepulauan iu kemudian dihuni kembali para warga Rusia tetapi tetap miskin dan bagian dari negara itu tidak berkembang.

(H-RN/H-AK)