Jakarta (ANTARA) - Ratusan nahdliyyin Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur menggelar Musyawarah Warga (Musra) Nahdlatul Ulama (NU) menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Kampus STITNU Al Hikmah Trowulan Mojokerto, Minggu.


Ketua Panitia Ulil Abshor Cholish menyebut bahwa peserta musra NU Mojokerto sepakat untuk mendukung Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon presiden (capres).
“Alhamdulillah, kegiatan hari ini berjalan dengan sukses. Hampir 300 peserta musyawarah hadir dan kita sepakat mendukung Gus Muhaimin untuk running pada Pilpres 2024,” kata Cholish dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu.

Lebih lanjut, Ketua Presidium Musra NU Mojokerto Ahmad Zamroni Umar mengatakan musyawarah tersebut dilandasi oleh situasi dan kondisi tantangan NU yang semakin besar menjelang tahun politik.

Gus Zam, panggilan akrab Ahmad Zamroni Umar, mengakui bahwa NU secara organisasi tidak boleh berpolitik. Akan tetapi, kata dia, warga NU harus memilih pemimpin yang mampu menjawab persoalan masyarakat.

“Betul bahwa secara organisasi, NU tidak boleh berpolitik. Namun, warga NU sebagai mayoritas penduduk Muslim Indonesia harus memilih pemimpin nasional yang bisa menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan,” kata Gus Zam.

Gus Zam memberi gambaran bahwa salah satu persoalan yang dihadapi warga NU adalah kemiskinan. Dia menyebut mayoritas warga NU tinggal di daerah pedesaan yang merupakan kantong-kantong kemiskinan.

“Taruhlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan ada 20 persen, itu sudah setara 50 juta penduduk. Dan mereka semua adalah saudara-saudara kita warga NU. Jadi, mari kita titipkan aspirasi ini pada calon pemimpin yang benar-benar mengerti kondisi warga NU,” ujarnya.

Beberapa kiai khos turut memberikan pandangan dalam sesi dialog. K.H. Masrihan Asy’ari berpandangan bahwa kepemimpinan nasional harus kombinasi antara nasionalis dan religius, sebagaimana sejarah yang pernah ada.


“Syekh Subakir itu baru berhasil berdakwah di pulau Jawa saat menggandeng orang abangan, maka perpolitikan Indonesia itu dari dulu bisa kondusif jika ada perpaduan antara merah dan putih, merah adalah tokoh-tokoh nasionalis dan putih adalah tokoh yang berlatar belakang agama,” kata K.H. Masrihan.
Senada dengan K.H. Masrihan, para kiai yang lain setuju akan hal tersebut. Di penghujung dialog, K.H. Muhajir, salah satu dai kondang, juga turut memberikan suara.

“Dari tadi para kiai kok pakai bahasa kinayah (samar) terus. Saya pikir warga NU di sini jelas sepemikiran bahwa Gus Muhaimin layak mendapatkan dukungan,” kata dia.


Selain dihadiri para kiai khos, Musra NU Mojokerto turut dihadiri oleh tokoh-tokoh struktural dan kultural, termasuk akademisi, aktivis, tokoh perempuan, dan kaum milenial dari 18 kecamatan se-Kabupaten Mojokerto.

Baca juga: Pegiat seni budaya se- Malang Raya deklarasikan Cak Imin jadi Presiden
Baca juga: Muhaimin serukan aplikasi nilai Pancasila dalam kehidupan sosial