Madinah (ANTARA) - Kursi roda Agus Yusuf yang didorong Sri Rohmatiah melaju kencang. Bahkan para Petugas Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) dari Media Center Haji (MCH) yang ingin mengambil foto keduanya harus tergopoh-gopoh mengejarnya.

Keduanya--berasal dari Embarkasi Surabaya, Kloter 15 Rombongan 10-- menuju Masjid Nabawi, Madinah, untuk bersiap mengikuti Shalat Jumat bersama dengan jamaah lain dari berbagai negara.

Agus Yusuf, 56 tahun, merupakan calon haji yang terlahir "istimewa", tidak memiliki dua tangan yang utuh karena hanya ada lengan bagian atas. Bagian kaki kanannya pun hanya separuh.

Awal tahun 2011, Agus Yusuf bersama istrinya mendaftar haji. Sesuai estimasi, keduanya berangkat tahun ini.

"Alhamdulillah, terbukti tahun 2023 nama saya berada pada nomor paling bawah dan bisa berangkat," kata Yusuf yang mengaku sejauh ini tidak ada kendala apa pun selama menjalani persiapan ibadah haji.

Bahkan, saat istrinya menempati kamar di lantai 10 dan dirinya di lantai 7, itu tidak memengaruhi ibadah keduanya untuk melaksanakan shalat Arbain atau shalat fardhu dalam 40 waktu.

Ditanya terkait dengan kondisi fisiknya apakah menjadi kendala menjalani rangkaian ibadah, Yusuf mengaku pasrah.

"Saya sudah pasrah kepada Yang Maha Kuasa, sudah memiliki tekad bulat menjadi tamu Allah, bisanya ya berserah kepada Yang Kuasa. Wudhu dan lainnya dibantu istri. Kalau ke masjid, pakai kursi roda," kata ayah dua anak yang mahir menyetir mobil ini.

Ditemui di Madinah, Jumat (2/6), ia menceritakan sebenarnya dirinya pribadi yang mandiri, dapat beraktivitas sendiri dan baru memakai kursi roda sejak 2020, karena mengidap radang sendi akibat pengapuran.


Pelukis mulut kaki

Dengan "keistimewaannya" sejak lahir itu, Allah memberikan kelebihan kepada Yusuf berupa keterampilan melukis dengan menggunakan mulut dan kaki sejak duduk kelas 2 sekolah dasar (SD). Hasilnya, sejak kelas 5 SD, Yusuf banyak memenangi lomba melukis yang diikuti, sampai akhirnya berhasil masuk sebagai anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA).

"Proses sejak saya mendaftar dan mengumpulkan seluruh persyaratan seperti keterangan dokter dan menyerahkan enam lukisan asli, butuh waktu 9 bulan. Tepat 9 September 1989 saya dipanggil AMFPA perwakilan di Jakarta untuk pembuktian," kata Agus Yusuf.

Sebulan setelah itu, ia diterima AMFPA sebagai calon anggota dan karyanya dikirimkan untuk menjadi hak mereka, dan mulai mendapatkan upah.

"Untuk mendaftar haji, juga uang dari melukis. Uang itu saya bagi pos-pos. Pos untuk naik haji, pos untuk biaya hidup sehari-hari, dan lain-lain," kata Agus Yusuf.

Keinginan beribadah haji Agus Yusuf memang sangat kuat karena bekal agama sejak kecil yang menekankan bahwa dunia hanya sementara, tempatnya ujian, dan ibadah haji sangat penting sebagai bekal kembali kepada-Nya.


Doa di Tanah Suci

Agus Yusuf dan istri menceritakan ada banyak doa yang sudah dan akan selalu dipanjatkan, di antaranya, bisa meraih haji mabrur serta anak dan penerusnya menjadi insan yang saleh dan salihah.

"Haji adalah ibadah istimewa, saya sudah dikasih kenikmatan dari Allah begitu banyak. Di dunia banyak dosa, usia mulai tua, maka harus meminta ampunan agar mendapatkan kenikmatan di akhirat," kata Yusuf.

Terkait profesinya, Yusuf berharap bisa menghasilkan karya yang berbobot dengan melakukan ikhtiar selalu belajar dan mengambil kursus di sejumlah kampus, di antaranya UNS dan IKIP Surabaya.

Di AMFPA ada beberapa jenjang keanggotaan, mulai dari calon, anggota, dan full member. Sekarang status Yusuf masih anggota dan berharap ke depan jadi anggota penuh, yang keanggotaannya terbatas hanya 40 orang.

Menurut dia, dengan berstatus anggota penuh maka memiliki manfaat atau keuntungan jauh lebih banyak.


Bahkan, meskipun saat ini masih dalam tingkatan sebagai anggota, Agus Yusuf tidak hanya mendapatkan upah, tetapi memperoleh jaminan saat sakit, meskipun tidak bisa mengirimkan karya atau lukisan.

Disebutkan bahwa dari Madiun cuma dirinya dan hanya tujuh sampai delapan orang se-Indonesia yang menjadi anggota AMFPA. Yusuf mengirimkan 10 sampai 12 lukisan dalam setahun ke asosiasi. Yusuf sampai kini telah memiliki 800-an karya/lukisan.

Lukisan yang dihasilkan Yusuf mayoritas beraliran naturalisme yang mengangkat tema keindahan alam dan beraliran realisme yang memotret kehidupan nyata sehari-hari.


Ramah lansia

Istri Agus Yusuf, Sri Rohmatiah, 46 tahun, mengaku senang bisa mendampingi dan berhaji bersama suaminya. Apalagi petugas dan fasilitasnya juga ramah lansia termasuk kepada suaminya yang disabilitas.

Ia mengaku terbantu karena hotelnya ramah lansia, ada lift sampai lantai dasar, petugas haji juga sigap membantu, dan sesama jamaah pun saling peduli.

"Banyak yang ingin mendorong kursi roda suami saya, tapi bagi saya itu bagian ibadah. Jadi kalau mereka yang mendorong, terus saya dapat apa," katanya.

Sri Rohmatiah mengaku dengan senang hati menyiapkan makan, memandikan, sampai memakaikan baju suami, apalagi semuanya dilakukan di Tanah Suci.

"Capek itu manusiawi, tetapi saya buat senang karena semuanya diniatkan ibadah. Apalagi janji Allah, semuanya ada imbalannya (pahala, red.)," katanya.

Sri Rohmatiah mengatakan suaminya belum termasuk lanjut usia (lansia), hanya karena keterbatasan fisik. Suaminya memang membutuhkan perhatian dan bantuan dari dirinya, namun semua pihak memahami hal tersebut.

"Saat saya harus ke kamar suami untuk memandikan dan memakaikan baju, jamaah lain mempersilakan. Meskipun kamar kami berbeda tiga lantai, itu juga tidak masalah," kata Sri Rohmatiah.

Mustaqim Basyari, Pembimbing KBIH Multazan Madiun, mengakui Agus Yusuf merupakan salah seorang yang ia dampingi selain para lansia lainnya. Ia selalu mengingatkan jamaah lain agar tolong-menolong.

"Selalu saya ingatkan yang muda menolong yang tua karena bisa jadi bukan karena ibadah shalat atau yang lainnya, tetapi karena menolong orang lain itulah penyebab haji kita mabrur," kata Mustaqim.

Apalagi, kata Mustaqim, tahun ini Pemerintah Indonesia telah mencanangkan penyelenggaraan haji 1444H/2023M ramah lansia sehingga sesama jamaah wajib saling peduli.

Mustaqim meminta kepada Agus Yusuf selalu bersyukur karena diberikan anugerah bisa berhaji. Bagi kaum berkebutuhan khusus lainnya, Mustaqim minta mereka selalu semangat dengan mencontoh Agus Yusuf.



Editor: Achmad Zaenal M