Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Isakayoga mengatakan pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia tergolong rendah seiring jumlah emiten yang masih minim.

"Secara tahunan (year-to-date) memang pertumbuhan kapitalisasi bursa Indonesia masih lambat, hanya 10 persen tiap tahunnya. Sedangkan Malaysia dan Singapura pertumbuhannya lebih dari 10 persen. Jumlah perusahaan di sana lebih banyak kemudian jumlah saham yang ditawarkan lebih banyak dibandingkan di Indonesia," ujar Isakayoga di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, lambatnya pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar bursa saham dalam negeri disebabkan cukup banyak saham-saham yang kurang likuid.

Meski demikian, ia mengatakan, Indonesia masih memiliki potensi seiring dengan perusahaan domestik yang cukup banyak dan sahamnya layak tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Sementara Fund Manager PT Sinarmas Asset Management Jeffrosenberg Tan mengatakan, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang terbatas juga menjadi kendala perlambatan pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar.

"Meski demikian prospek investasi di pasar saham Indonesia masih cukup baik dengan ditopang oleh laju konsumsi domestik yang positif, serta laju inflasi dan suku bunga acuan perbankan yang masih akan terjaga di level rendah," kata dia.

Tercatat, dalam data Bursa Efek Indonesia jumlah perusahaan tercatat sebanyak 463 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar saham sebesar Rp4.298,17 triliun.

Sementara, jumlah perusahaan terbuka di beberapa negara Asia periode tahun 2012, India sebanyak 5.191 emiten, Thailand 558 emiten, Filipina 254 emiten, Singapura 776 emiten, dan Malaysia sebanyak 920 emiten.

(*)