Jerusalem (ANTARA News) - Israel tidak terlalu prihatin terhadap ancaman pembalasan oleh Suriah dan Iran, setelah serangan udaranya terhadap pusat penelitian Suriah, kata beberapa pejabat pemerintah Israel, Senin.

"Israel tidak terlalu prihatin terhadap gertakan baru-baru ini oleh Suriah dan tak ada kesiagaan di Israel mengenai babak ancaman paling akhir tersebut. Namun kami siap menanggapi setiap agresi, sebab kami tahu Iran memiliki kemampuan dan keinginan untuk menyerang Israel," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor kepada Xinhua.

Pada Senin pagi, Saeed Jalili, Kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang tiba di Suriah pada Sabtu guna membahas serangan Israel itu, mengatakan Iran akan memanfaatkan semua hubungannya dalam lingkaran internasional untuk mendukung Suriah.

Ditambahkannya, Suriah adalah bagian penting dunia Islam, yang takkan pernah membiarkan setiap agresi terhadap negara tersebut.

"Tak ada penambahan tentara yang ditempatkan di utara, tapi kami memang ada dua baterei Iron Dome yang disiapkan guna menghadapi setiap agresi yang mungkin dilancarkan," kata Palmor sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau ANTARA News, di Jakarta, Selasa pagi.

Sejauh ini, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak telah menjadi satu-satunya pejabat yang mengakui serangan terhadap Suriah.

"Ketika kami katakan sesuatu kami memang sungguh-sungguh," kata Barak kepada wartawan dalam taklimat di Jerman pekan lalu. "Kami mengatakan bahwa kami kira Suriah tak boleh dibiarkan membawa sistem senjata canggih ke dalam wilayah Lebanon."

Suriah menyatakan beberapa jet tempur Israel melakukan penyusupan dengan menghindari radar dan menyerang satu pusat penelitian ilmiah di pinggiran Damaskus pada 30 Januari.

Para pejabat Barat mengatakan serangan udara itu "ditujukan kepada iring-iringan yang membawa senjata dari Suriah ke Lebanon serta pusat tempat iring-iringan tersebut berasal".

(C003)