Teheran (ANTARA News) - Ketua Dewan Syura Iran Ali Larijani mengecam agresi Israel di pusat penelitian ilmiah Jamraya di luar kota Damaskus, dan menandaskan bahwa Zionis akan melihat konsekuensi dari serangan mereka di Suriah.
Berbicara di Dewan, Minggu, Larijani mengatakan bahwa Iran selalu mengumumkan dukungannya terhadap kedaulatan rakyat di negara-negara Islam, demikian seperti yang dikutip dari SANA.
Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat, negara-negara Barat dan beberapa kekuatan reaksioner di wilayah ini tidak senang dengan perlawanan rakyat Suriah terhadap Israel.
Larijani menyerukan kepada negara-negara kawasan yang mendukung terorisme dan kekacauan di Suriah untuk menjauhkan diri dari skema entitas Zionis, menyesali bahwa beberapa negara tidak menyadari hal itu.
Ketua Dewan Syura Iran mencatat bahwa pasukan kebangkitan Islam akan menanggapi entitas Israel yang harus menyadari bahwa agresinya di Lebanon 2006 dan dua perang di Gaza menandaskan ketidakmampuan konfrontasi mereka.
Seorang pejabat Amerika Serikat mengakui serangan udara Israel di Suriah pekan ini menghantam peluru kendali dan sebuah kompleks militer di pinggiran Damaskus, karena Israel takut senjata mereka akan dikirimkan ke Hizbullah.
Laporan-laporan sebelumnya mengisyaratkan pesawat-pesawat tempur Israel telah menargetkan dua lokasi terpisah dalam serangan Rabu di Suriah yakni satu situs militer di luar ibu kota dan konvoi senjata di dekat perbatasan Lebanon.
Pesawat juga membom sebuah kompleks militer yang berdekatan dengan bangunan-bangunan yang diduga gudang bahan kimia, kata pejabat itu.
Israel menduga senjata-senjata itu akan ditransfer ke kelompok Syiah Lebanon Hizbullah, katanya.
Sementara itu Suriah menuduh Israel meluncurkan serangan fajar pada Rabu di pusat penelitian ilmiahnya di Jamraya, dekat Damaskus, dan mengancam akan melakukan serangan balasan.
(H-AK)
Ketua Dewan Iran kecam agresi Israel di Jamraya
4 Februari 2013 10:00 WIB
Ilustrasi. Seorang pria berjalan melewati runtuhan rumah yang hancur oleh serangan udara tentara Suriah di wialyah Duma, Damaskus, Kamis (17/1). (REUTERS/Goran Tomasevic)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013
Tags: