BPIP: Pancasila terbukti tahan ancaman dibandingkan ideologi lainnya
31 Mei 2023 10:51 WIB
Tangkapan layar - Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Amin Abdullah pada acara seminar berbasis daring (webinar) internasional dalam memperingati Hari Lahir Pancasila yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa malam (30/5/2023). ANTARA/Sean Filo Muhamad.
Jakarta (ANTARA) - Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Amin Abdullah mengatakan Pancasila terbukti tahan dari ancaman skala nasional dan global dibandingkan dengan ideologi bangsa lainnya. "Pancasila pernah terancam oleh pemberontakan politik dengan ideologi lain namun tetap kokoh menjaga Indonesia," katanya pada acara seminar berbasis daring (webinar) internasional dalam memperingati Hari Lahir Pancasila yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa malam (30/5).
Amin mengungkapkan dahulu pernah terjadi pemberontakan PKI (ekstrim kiri) pada tahun 1965 serta pembrontakan DI/TII pada beberapa waktu (ekstrim kanan), namun Indonesia tetap utuh sebagai negara kebangsaan dengan ideologi Pancasilanya.
Selain itu, sambungnya, Pancasila juga terbukti kokoh terhadap ancaman global seperti saat Perang Dingin (1947-1989) dimana banyak negara bubar dan pecah menjadi Utara-Selatan juga Barat-Timur, namun Indonesia tetap utuh sebagai negara bangsa.
Baca juga: IF20: Indonesia jadi teladan internasional soal keberagaman
Baca juga: Pemilu 2024 momentum implementasikan nilai-nilai Pancasila
"Runtuhnya Uni Soviet di akhir Perang Dingin menyebabkan banyak negara di kawasan Eropa Timur, Baltik, Balkan, dan Asia Tengah mengalami disintegrasi dan hancur akibat konflik etnik dan agama, tetapi Indonesia tetap solid," imbuh mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta tersebut.
Dengan berbagai tantangan yang terjadi di seluruh dunia, dia menyebutkan, Indonesia justru menjadi role model sebagai negara dengan mayoritas Muslim yang dapat mengadopsi sistem demokrasi dalam tata kelola negara dan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ia mengutip pernyataan peneliti senior sejarah Indonesia modern yang berbasis di Lyon, Prancis Remy Madinier, yang mengatakan bahwa di negara dengan mayoritas Muslim, pada umumnya akan berakhir pada kemenangan salah satu kubu, baik itu Islam seperti di Pakistan, Arab Saudi, dan Malaysia maupun Sekuler seperti di Turki, Tunisia, dan Mesir.
"Namun di Indonesia, debatnya mengarah kepada kompromi dengan membentuk ideologi yang mencakup kepentingan semua golongan. Dapat dikatakan, Pancasila sebagai ideologi yang lahir dan kembali untuk dunia," sambungnya.
Maka dari itu, dia menyimpulkan bahwa Pancasila terbukti tangguh baik dalam dinamika politik nasional maupun global.
Baca juga: Institut Leimena: Dunia mencontoh Pancasila sebagai ideologi bangsa
Amin mengungkapkan dahulu pernah terjadi pemberontakan PKI (ekstrim kiri) pada tahun 1965 serta pembrontakan DI/TII pada beberapa waktu (ekstrim kanan), namun Indonesia tetap utuh sebagai negara kebangsaan dengan ideologi Pancasilanya.
Selain itu, sambungnya, Pancasila juga terbukti kokoh terhadap ancaman global seperti saat Perang Dingin (1947-1989) dimana banyak negara bubar dan pecah menjadi Utara-Selatan juga Barat-Timur, namun Indonesia tetap utuh sebagai negara bangsa.
Baca juga: IF20: Indonesia jadi teladan internasional soal keberagaman
Baca juga: Pemilu 2024 momentum implementasikan nilai-nilai Pancasila
"Runtuhnya Uni Soviet di akhir Perang Dingin menyebabkan banyak negara di kawasan Eropa Timur, Baltik, Balkan, dan Asia Tengah mengalami disintegrasi dan hancur akibat konflik etnik dan agama, tetapi Indonesia tetap solid," imbuh mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta tersebut.
Dengan berbagai tantangan yang terjadi di seluruh dunia, dia menyebutkan, Indonesia justru menjadi role model sebagai negara dengan mayoritas Muslim yang dapat mengadopsi sistem demokrasi dalam tata kelola negara dan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ia mengutip pernyataan peneliti senior sejarah Indonesia modern yang berbasis di Lyon, Prancis Remy Madinier, yang mengatakan bahwa di negara dengan mayoritas Muslim, pada umumnya akan berakhir pada kemenangan salah satu kubu, baik itu Islam seperti di Pakistan, Arab Saudi, dan Malaysia maupun Sekuler seperti di Turki, Tunisia, dan Mesir.
"Namun di Indonesia, debatnya mengarah kepada kompromi dengan membentuk ideologi yang mencakup kepentingan semua golongan. Dapat dikatakan, Pancasila sebagai ideologi yang lahir dan kembali untuk dunia," sambungnya.
Maka dari itu, dia menyimpulkan bahwa Pancasila terbukti tangguh baik dalam dinamika politik nasional maupun global.
Baca juga: Institut Leimena: Dunia mencontoh Pancasila sebagai ideologi bangsa
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023
Tags: