Bentrokan pecah di dekat istana presiden Mesir
2 Februari 2013 00:55 WIB
Pengunjuk rasa melemparkan kembang api ke arah polisi saat terjadi bentrokan di depan istana kepresidenan di Kairo, Jumat (1/2). Satu orang pengunjuk rasa ditembak mati dan puluhan lainnya menderita luka ketika polisi anti huru hara bentrok dengan demonstran menuntut mundurnya Presiden Mesir Mohamed Mursi. (REUTERS/Asmaa Waguih)
Kairo (ANTARA News) - Bentrokan pecah antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di dekat Istana Presiden Mesir Ettihadiyah di Kairo Timur pada Jumat petang.
Ratusan pengunjuk rasa seusai shalat Jumat mendatangi Istana tempat tinggal resmi Presiden Mohamed Moursi tersebut dan meneriakkan yel yel anti-pemerintah.
Para pengunjuk rasa semakin banyak pada petang yang datang dari Masjid Rabiah El Adawiyah Madinat Nasr dan Masjid El Nour di Abbasea, Kairo Timur.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov ke arah aparat keamanan dan dibalas dengan tembakan gas air mata.
Ratusan pengunjuk rasa itu bertekad menduduki Istana hingga tuntutan mereka terpenuhi.
Beberapa spanduk yang diusung pengunjuk rasa antara lain bertulis "Ganti penguasa dengan Pemerintah Penyelamat Bangsa," dan "Ganti Konsitutusi Bentukan Ikhwanul Muslimin."
Selain di Istana Ettihadiyah, unjuk rasa yang berjulukan "Jumat Terakhir" merebak juga di Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo dan sejumlah ibu kota provinsi seperti di Iskandariyah, Port Said, Terusan Suez dan Ismailiyah.
Ratusan pemuda berpakaian hitam pada Jumat petang juga mendatangi Gedung Majelsi Syura (MPR) di dekat Tahrir dan menyatakan akan medudukinya hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Unjuk rasa ini merupakan rentetan dari aksi serupa sejak peringatan HUT ke-2 Revolusi 25 Januari pada Jumat lalu dan berlanjut dalam sepekan terakhir yang menewaskan lebih dari 50 orang dan ratusan lagi cedera akibat bentrokan dengan aparat keamanan.
Bentrokan terparah terjadi di kota Port Said, Terusan Suez dan Ismailiyah. Akibat aksi kekerasan itu memaksa Presiden Moursi memberlakukan jam malam selama satu bulan di ketiga kota tersebut.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin yang mendukung Presiden Moursi tidak berniat turun ke jalan membela pemerintah.
"Kami menahan diri untuk turun ke jalan dan meminta oposisi agar berunjuk rasa secara damai tanpa pengrusakan," Essam El Ariyan, petinggi Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin.
(M043/M014)
Ratusan pengunjuk rasa seusai shalat Jumat mendatangi Istana tempat tinggal resmi Presiden Mohamed Moursi tersebut dan meneriakkan yel yel anti-pemerintah.
Para pengunjuk rasa semakin banyak pada petang yang datang dari Masjid Rabiah El Adawiyah Madinat Nasr dan Masjid El Nour di Abbasea, Kairo Timur.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov ke arah aparat keamanan dan dibalas dengan tembakan gas air mata.
Ratusan pengunjuk rasa itu bertekad menduduki Istana hingga tuntutan mereka terpenuhi.
Beberapa spanduk yang diusung pengunjuk rasa antara lain bertulis "Ganti penguasa dengan Pemerintah Penyelamat Bangsa," dan "Ganti Konsitutusi Bentukan Ikhwanul Muslimin."
Selain di Istana Ettihadiyah, unjuk rasa yang berjulukan "Jumat Terakhir" merebak juga di Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo dan sejumlah ibu kota provinsi seperti di Iskandariyah, Port Said, Terusan Suez dan Ismailiyah.
Ratusan pemuda berpakaian hitam pada Jumat petang juga mendatangi Gedung Majelsi Syura (MPR) di dekat Tahrir dan menyatakan akan medudukinya hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Unjuk rasa ini merupakan rentetan dari aksi serupa sejak peringatan HUT ke-2 Revolusi 25 Januari pada Jumat lalu dan berlanjut dalam sepekan terakhir yang menewaskan lebih dari 50 orang dan ratusan lagi cedera akibat bentrokan dengan aparat keamanan.
Bentrokan terparah terjadi di kota Port Said, Terusan Suez dan Ismailiyah. Akibat aksi kekerasan itu memaksa Presiden Moursi memberlakukan jam malam selama satu bulan di ketiga kota tersebut.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin yang mendukung Presiden Moursi tidak berniat turun ke jalan membela pemerintah.
"Kami menahan diri untuk turun ke jalan dan meminta oposisi agar berunjuk rasa secara damai tanpa pengrusakan," Essam El Ariyan, petinggi Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin.
(M043/M014)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: