Jakarta (ANTARA) - Seluruh jajaran pengurus Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) telah dilantik menjadi pengurus oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada Jumat lalu, (27/5) di Hotel Fairmont, Jakarta.

"Pelantikan dan pengukuhan ini dilakukan di saat yang sangat tepat. Di mana saat ini masyarakat Indonesia sedang cinta-cintanya kepada sepak bola karena berhasil meraih medali emas di SEA Games Kamboja beberapa hari lalu," kata Ketua Umum KONI Letjen (Purn) Marciano Norman memberikan pidato sambutan.

Memang benar adanya, meski dilantik dalam waktu hitungan terlambat namun pelantikan pengurus PSSI dalam suasana khidmat dan berdiri dengan kepala tegap karena membawa satu medali emas SEA Games yang 32 tahun baru kunjung tiba.

Lalu dengan formasi kepengurusan yang sebagian diisi oleh wajah baru dan masih mempergunakan orang-orang lama, sang juru taktik Erick Thohir bakal membawa kemenangan apa untuk pencinta sepak bola Indonesia yang telah dahaga akan juara.

Seabrek pekerjaan besar telah menunggu para pengurus PSSI untuk segera diselesaikan, mulai dari persoalan mengenai manajemen liga domestik, standardisasi stadion, akademi pemain muda, tim nasional dari jenjang usia junior hingga senior dan tentu juga timnas putri.

Tak sampai di situ saja, jutaan suporter setia Indonesia telah lama menahan dahaga mendambakan trofi juara terutama dari tim nasional senior yang tak segera kunjung tiba.

Rasanya tak pantas negara sebesar Indonesia yang diisi oleh 270 juta jiwa dan fanatik dengan sepak bola, kenyang hanya diberi satu medali emas dari SEA Games saja.

Baca juga: Tim sepak bola akhiri penantian medali emas SEA Games 32 tahun

Selanjutnya: Seabrek masalah
Pesepak bola Timnas Indonesia U-22 Muhammad Ramadhan Sananta berselebrasi usai menjebol gawang Thailand pada pertandingan Final Sepak Bola SEA Games 2023 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023). Indonesia berhasil meraih medali emas usai mengalahkan Thailand 5-2. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.

Seabrek masalah

Secara khusus Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada PSSI untuk membangun akademi sepak bola yang lebih banyak di seluruh penjuru negeri.

Kendalanya tentu saja membangun akademi harus dibarengi dengan satu manajerial yang sama dengan klub-klub profesional yang berada di kasta tertinggi liga.

Akademi-akademi yang khusus mendidik para pemain muda harus menjadi cikal bakal yang disiapkan menjadi pemain profesional dengan durasi kontrak yang jelas untuk jangka panjang.

Maka dari itu akademi-akademi harus terafiliasi dengan klub sehingga pihak federasi juga dapat dengan mudah memantau secara berkala setiap perkembangan dari para pemain.

Namun mengafiliasikan akademi tak dapat dengan mudah berjalan, karena klub-klub profesional yang bermain di kasta tertinggi pun memiliki segudang permasalahan yang belum terselesaikan.

Muaranya jelas pada penyelenggaraan liga. Selain kalender liga yang tak menentu jadwal yang tiba-tiba berubah tapi persoalan pelik dari klub terkait dengan pendapatan.

Klub Indonesia masih tergantung dengan pendapatan dari sponsor. Jika panitia liga tiba-tiba menghentikan kompetisi, maka klub pun akan merogoh kocek yang lebih dalam untuk memutar keuangan atau sedikit berharap para sponsor mengerti.

Baca juga: PSSI anggarkan Rp260 miliar untuk kelola organisasi yang sehat

Berkaca sedikit dengan klub di Liga Eropa yang memanfaatkan bisnis agar meraup pendapatan. Klub-klub Eropa selain besaran hadiah juara sudah ditentukan sejak awal oleh penyelenggara namun memperoleh pundi dari hak siar yang hampir merata. Itu belum terhitung dengan pendapatan penjualan tiket atau pun merchandise.

Mengenai standardisasi stadion pun masih dalam hitungan jari yang lolos verifikasi FIFA. Banyak stadion-stadion di Indonesia yang masih belum memiliki manajemen dan tata kelola yang mumpuni untuk mengurus mengenai mitigasi, kapasitas penonton dan standardisasi rumput lapangan.

Selain itu banyak klub yang masih menjadi "musafir" karena tidak dapat memakai home base mereka sendiri disebabkan persoalan perizinan yang tak kunjung usai.

Persoalan membuat klub-klub Indonesia menjadi "berdikari" harus semaksimal mungkin diatasi oleh PSSI. Karena sebelum dapat melakukan kebijakan searah, klub harusnya tak perlu risau memikirkan perut para pemainnya.

Persoalan yang mengakar itu harus ditebang, agar timnas juga dapat menuai hasil di kancah internasional dengan diperkuat pemain-pemain yang dibutuhkan oleh juru taktik.

Pasalnya sering kali terjadi para pemain yang dipanggil di timnas absen karena jadwal penyelenggaraan liga bertabrakan dengan pertandingan timnas sehingga tak memperoleh izin dari sejumlah klub.

Para pemain berlabel timnas di musim lalu masih didapati kebobolan untuk urusan makanan yang harusnya tidak di makan oleh seorang atlet. Harusnya urusan yang tak terlampau krusial semacam itu sudah menjadi pola yang dapat ditanamkan dalam diri pemain sejak di akademi.

Baca juga: Erick Thohir tekankan tiga hal pada Kongres Biasa PSSI 2023

Selanjutnya: Langkah yang disiapkan
Menpora Dito Ariotedjo (kedua kiri), Ketum PSSI Erick Thohir (keempat kiri), Ketum KOI Raja Sapta Oktohari (kiri) berfoto bersama dengan pesepak bola Timnas Indonesia U-22, ofisial dan pengurus PSSI saat mengikuti arak-arakan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Jumat (19/5/2023). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa/aa.

Langkah yang disiapkan

Selain bakal mengurus masalah pembukuan keuangan yang lebih jelas, PSSI juga telah mencapai komitmen kerjasama dengan Federasi Sepak Bola Jepang (JFA).

Kerjasama itu nantinya akan dilakukan untuk pengembangan sepak bola terkait akademi pemain muda, timnas senior, timnas putri hingga tata kelola liga domestik.

Secara khusus PSSI meminta JFA untuk melakukan pengembangan timnas putri dan instruktur untuk wasit Video Assisten Referee (VAR). Dari JFA beralih ke Deutscher Fußball-Bund (DFB) atau Federasi Sepak Bola Jerman yang saat ini masih dikaji untuk proses tindak lanjut dan kerjasama.

Namun Ketua Umum PSSI Erick Thohir tidak memungkiri bakal menggunakan jasa direktur teknik dari Jerman untuk menukangi timnas Indonesia putra. Saat ini PSSI tengah memilah sejumlah nama yang dapat mengisi kursi direktur teknik yang kosong usai ditinggal oleh Indra Sjafri yang kini ditugaskan untuk jadi juru taktik timnas Indonesia U-22.

Mengenai penyelenggaraan liga domestik pun secara penyelenggara PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) mengkonfirmasi tinggal menunggu hari tepatnya 1 Juli mendatang.

Kedepannya Liga Indonesia akan dihentikan apabila bertabrakan dengan kalender FIFA match day, berbeda dengan beberapa musim sebelumnya yang masih menjalankan Liga meskipun bertubrukan dengan agenda FIFA.

Lalu di Liga Indonesia, PSSI telah berupaya untuk menggunakan VAR yang bakal menunjang performa wasit di dalam lapangan. VAR rencananya dapat diaplikasikan mulai paruh kedua musim depan.

Langkah-langkah telah diambil, lalu pada empat tahun ke depan dengan masa kepemimpinan baru ini mampukah membawa garuda terbang lebih tinggi. Tentu saja yang terpenting adalah para suporter yang dahaga akan prestasi timnas Indonesia dan mendamba kompetisi yang lebih baik dari kompetisi suram di musim ini.

Rasa-rasanya para suporter bermimpi timnas Indonesia menjadi kontestan di Piala Dunia seperti utopis meski bakal didatangi jawara Piala Dunia, Argentina. Tapi khayalan atau tidak itu bergantung ke arah mana PSSI membawa mimpi jutaan pasang mata ini.


Baca juga: Ferry Paulus ungkap biaya untuk VAR hampir 100 milliar rupiah
Baca juga: Dito harapkan PSSI dapat bangun pembinaan pemain muda