Jenewa (ANTARA) - Lebih banyak aksi diperlukan untuk menangani polusi plastik, demikian disampaikan oleh Kepala Kebijakan Plastik Global World Wide Fund for Nature (WWF) Eirik Lindebjerg kepada Xinhua dalam sesi wawancara.

"Produksi dan konsumsi plastik yang berlebihan mencekik sungai-sungai dan lautan kita, membunuh satwa liar, mencemari makanan, udara, dan air kita, dan situasinya semakin buruk," kata Lindebjerg, menekankan urgensi dari isu tersebut menjelang peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan pembicaraan perjanjian polusi plastik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Paris.

"Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini adalah tentang polusi plastik dan pencarian solusi untuk menghentikan dan mengurangi polusi plastik, yang merupakan salah satu krisis lingkungan global dengan perkembangan dan percepatan tertinggi," lanjutnya.
(Xinhua)


Menurut Program Lingkungan PBB, lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahunnya, dengan separuhnya dirancang sebagai plastik sekali pakai.

Dari jumlah tersebut, kurang dari 10 persen di antaranya didaur ulang. Diperkirakan bahwa 19-23 juta ton plastik berakhir di danau, sungai, dan laut.

Pembicaraan perjanjian polusi plastik PBB, yang bertujuan untuk mengembangkan instrumen mengenai polusi plastik internasional yang mengikat secara legal, akan digelar di Paris pada 29 Mei hingga 2 Juni.

"Ini adalah pertemuan terakhir sebelum kita membahas teks hukum. Oleh karena itu, penting bahwa perwakilan pemerintah datang ke pertemuan ini dengan ambisi besar dan siap untuk menetapkan peraturan dan regulasi global konkret yang diperlukan," kata Lindebjerg.

Perundingan untuk perjanjian itu diperkirakan akan tuntas pada 2024, lanjutnya, seraya menambahkan bahwa para negosiator kini harus menyusun detail teks perjanjian tersebut untuk mengatasi polusi plastik dengan cara yang paling efektif dan adil.
(Xinhua)


"WWF menyerukan pembuatan perjanjian yang dapat melarang atau dengan cepat menghentikan produksi plastik, produk, bahan kimia, dan zat aditif yang berisiko paling tinggi," kata Lindebjerg, menekankan pentingnya penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) nontoksik dalam skala besar.

Selain itu, penting bahwa perjanjian tersebut memiliki mekanisme pendukung yang baik untuk implementasinya, seperti dukungan keuangan dan kolaborasi teknis, imbuhnya.

Memuji kontribusi China di bidang ini, Lindebjerg mengatakan aksi seperti promosi "Beautiful China Initiative" dan penguatan konservasi keanekaragaman hayati sebagai strategi nasional adalah "langkah yang penting."