Swat Valley, Pakistan (ANTARA News) - Selama tiga tahun Taliban menguasai Distrik Swat pada 2007--2009, kebebasan pers berada dalam ancaman.
Fazal Khaliq, koresponden The Express Tribune, sewaktu Taliban menguasai distrik ini, pemberitaan media massa priode itu harus mengikuti agenda seting Taliban.
Wartawan dilarang meliput isu yang tidak sejalan dengan keinginan Taliban.
"Selama tiga tahun, kami bekerja di bawah tekanan mereka. Kami harus menulis seperti yang mereka perintahkan. (Waktu itu) Tidak ada kebebasan pers di sini, yang ada rasa takut," kata Fazal.
Tidak hanya kehidupan wartawan-wartawan itu yang terancam, keluarga para jurnalis ini pun ada dalam ancaman. Setiap saat nyawa mereka menjadi taruhan.
"Empat jurnalis tewas, sepuluh jurnalis diculik dan puluhan jurnalis lainnya bekerja di bawah ancaman saat melakukan tugas jurnalistiknya," ujar Chief Editor Daily Chand Swat, Rashid Iqbal.
Menurut Fazal, taliban tidak segan menodongkan senjata dan membunuh siapa pun yang membicarakan atau melawan mereka, bahkan itu dilakukan di tempat umum.
Taliban memperingatkan dan mengancam mereka yang kritis kepadanya lewat radio, agar semua orang bisa mendengar. Ancaman-ancaman ini sengaja disebarluaskan untuk menciptakan rasa takut pada penduduk Swat yang dijuluki "Swiss-nya Asia" itu.
Kini sudah leluasa
Tahun 2012 lalu, Reporters Without Borders menyebut Pakistan sebagai negara yang paling berbahaya untuk wartawan.
Sepanjang 2011 saja, sebelas wartawan terbunuh. Salah seorang yang terbunuh itu adalah wartawan senior berusia 43 tahun dari Voice of Amerika, Mukarram Khan Aatif.
Mukarram dibunuh selagi menunaikan shalat di sebuah masjid dengan rumahnya.
Waktu itu Taliban menyatakan bertanggungjawab atas kematian Mukarram karena menuduh dia sebagai corong propoganda asing untuk melawan Taliban.
Kini, setelah kondisi Swat bersih dari Taliban, para jurnalis merasakan kembali kebebasan dalam melakukan tugas-tugas jurnalistik.
Ada enam koran lokal yang terbit di distrik ini, diantaranya The Daily Shamal Swat dan Daily Chand Swat.
Ada juga satu stasiun radio FM dan satu stasiun televisi lokal berbahasa Inggris yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Distrik Swat terletak sekitar 160 km arah utara Islamabad, ibukota Pakistan, tepat berada di Provinsi Khyber Pakthunkwa.
Ibukota distrik ini adalah Saidu Sharif, namun lazim pula disebut Mingora.
Swat adalah daerah pegunungan dengan padang rumput hijau menghampar, memiliki danau yang jernih dan udara yang sangat dingin. Jumlah penduduknya kini mencapai 1,8 juta jiwa.
"Sekarang kami merasa aman dan nyaman tinggal di Swat. Kami bisa menjalankan tugas-tugas jurnalistik dengan leluasa tanpa intervensi dari pihak manapun," ujar Fazal. (*)
Cerita wartawan Pakistan tentang Taliban
Oleh Ria Desy Saputra
31 Januari 2013 12:26 WIB
Para pemilik media dan jurnalis di Swat Valley (berdiri) berfoto bersama dengan enam jurnalis Indonesia yang diundang ke Pakistan (duduk).
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013
Tags: