Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan, kenaikan Bea Keluar (BK) CPO (Crude Palm Oil/minyak sawit) terjadi secara otomatis berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2008 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar.

"Kemendag tidak menaikkan. Dalam Permenkeu tersebut, BK CPO itu naik otomatis kalau harganya naik otomatis, jadi bukan kami yang naikan," kata Bayu Krisnamurthi ketika ditemui usai rapat koordinasi di kemenko perekonomian, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, dalam Permenkeu telah ditetapkan BK CPO berdasarkan harga CPO dunia sehingga bea keluar CPO akan ikut naik bila ada kenaikan harga.

"Jadi kita hitung berapa harganya, lihat ke tabel, kalau harga segini berapa bea keluarnya," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan kembali mendesak pemerintah untuk mengevaluasi bea keluar minyak sawit mentah (CPO).

Fadhil menyatakan, tarif bea keluar progresif CPO yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2008 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar tidak lagi relevan untuk menghadapi persaingan dengan Malaysia.

Dalam peraturan itu, tarif bea keluar CPO terendah adalah 7,5 persen untuk harga referensi 750 hingga 800 dolas AS per metrik ton. Bea keluar akan dihapuskan bila harga CPO jatuh hingga di bawah 750 dolar AS. Sedangkan harga tertinggi adalah 22,5 persen untuk harga referensi di atas 1.250 dolar AS per metrik ton.

"Kalau tetap di level itu, tahun depan kita tidak akan bisa bersaing," ujar dia.

Saat ini, Kementerian Perdagangan menetapkan tarif Bea Keluar CPO untuk Desember mendatang sebesar 9 persen dengan harga referensi sebesar US $ 825.34 per metrik ton.

Bea keluar tersebut tidak berubah dari bulan November ini. Sekadar informasi, tarif bea keluar yang berlaku dua bulan berturut-turut ini adalah yang terendah selama dua tahun terakhir. Sebelumnya, pada Oktober lalu, bea keluar CPO Indonesia mencapai 13,5 persen.

Tarif bea keluar dan masuk juga aneka komponen dalam perdagangan CPO, termasuk proyeksi harga dan kebutuhan dunia akan dibahas dalam konferensi internasional kelapa sawit di Bali. "Tadi sudah dibuka oleh Menteri Pertanian Suswono," kata Fadhil.

Konferensi bertajuk Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2013 Price Outlook itu akan digelar hingga esok. Perhelatan yang digelar kedelapan kali itu, menurut Fadhil dihadiri oleh sekitar seribu orang dari kalangan pengusaha, baik eksportir maupun importir CPO dari 36 negara.
(A063/B012)