Universitas Pertamina gandeng kampus Jepang kembangkan energi hijau
26 Mei 2023 17:52 WIB
Penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Universitas Pertamina dengan Universitas Tokyo dan Universitas Kyushu di Tokyo, Jepang, Jumat (26/5/2023). ANTARA/Maria Cicilia Galuh.
Tokyo, Jepang (ANTARA) - Universitas Pertamina menggandeng dua perguran tinggi Jepang, Universitas Tokyo dan Universitas Kyushu untuk mengembangkan energi berkelanjutan dan mengurangi emisi.
Rektor Universitas Pertamina Prof. Wawan Gunawan A. Kadir yang juga selaku Kepala CoE CCS-CCUS Indonesia mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan dua universitas tersebut merupakan sarana untuk pertukaran ilmu antara Indonesia dan Jepang.
"Center of excellence Universitas Pertamina bekerja sama dalam riset energi terbarukan, CCS-CCUS, pertukaran pengalaman dan riset akademik, serta pertukaran ilmuwan dengan Tsuji lab dari University of Tokyo dan laboratory of energy resources engineering dari Kyushu University," ujar Wawan saat penandatanganan MoU di Jepang, Jumat.
Wawan menyampaikan, kerja sama ini nantinya dapat digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) dalam hal mengembangkan research and development pada bidang energi terbarukan. Salah satunya adalah mengembangkan bagaimana karbon bisa dimasukkan kembali ke dalam bumi sehingga produksi gas dan minyak tetap terpelihara.
Kerja sama riset dan pengembangan ini pun tidak memiliki jangka waktu tertentu, lantaran ilmu tentang energi terbarukan akan terus mengalami pembaruan.
"Jadi sebetulnya kita tidak membatasi waktu untuk research and development, tetapi kalau antara universitas ke universitas atau di atasnya lagi, korporasi ke korporasi akan dibatasi tapi tidak ada pembatasan waktu untuk research and development," kata Wawan.
Jepang memiliki infrastruktur energi yang mirip dengan Indonesia. Energi fosil masih dominan di kedua negara, 80 persen di Jepang dan 90 persen di Indonesia. Alhasil, kedua negara menetapkan target ambisius dalam mencapai net zero emission, Jepang pada 2050 disusul Indonesia satu dekade berikutnya.
Beragam inisiatif diluncurkan Jepang untuk meraih target net zero emission. Pada 2021, Jepang membentuk Asia Energy Transition Initiative (AETI) untuk ASEAN, yang menyiapkan dukungan finansial 10 miliar dolar AS bagi pengembangan teknologi, energi terbarukan, efisiensi energi, carbon capture and storage (CCS) serta carbon capture, utilization and storage (CCUS).
"Lembaga ini didesain untuk menelurkan riset akademis dan praktis di bidang keberlanjutan, dan membentuk generasi yang sadar akan keberlanjutan," kata Wawan.
Penandatangan MoU tersebut juga dihadiri oleh Direktur Strategi, Portofolio, & Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero) Salyadi Saputra. Dalam kesempatan itu, Salyadi menyampaikan dukungan Pertamina dalam kerja sama Universitas Pertamina dengan perguruan tinggi Jepang.
"Pertamina mendukung penuh kerja sama pengembangan bidang geothermal, CCS, sustainable chain management dan sustainable center oleh ketiga perguruan tinggi. Pertamina memiliki banyak lapangan migas yang silahkan dimanfaatkan sebagai lokasi riset," ujar Salyadi.
Baca juga: Indonesia usung isu energi hijau di Hannover Messe 2023
Baca juga: Indonesia ajak Swedia kembangkan energi hijau untuk kurangi emisi
Rektor Universitas Pertamina Prof. Wawan Gunawan A. Kadir yang juga selaku Kepala CoE CCS-CCUS Indonesia mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan dua universitas tersebut merupakan sarana untuk pertukaran ilmu antara Indonesia dan Jepang.
"Center of excellence Universitas Pertamina bekerja sama dalam riset energi terbarukan, CCS-CCUS, pertukaran pengalaman dan riset akademik, serta pertukaran ilmuwan dengan Tsuji lab dari University of Tokyo dan laboratory of energy resources engineering dari Kyushu University," ujar Wawan saat penandatanganan MoU di Jepang, Jumat.
Wawan menyampaikan, kerja sama ini nantinya dapat digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) dalam hal mengembangkan research and development pada bidang energi terbarukan. Salah satunya adalah mengembangkan bagaimana karbon bisa dimasukkan kembali ke dalam bumi sehingga produksi gas dan minyak tetap terpelihara.
Kerja sama riset dan pengembangan ini pun tidak memiliki jangka waktu tertentu, lantaran ilmu tentang energi terbarukan akan terus mengalami pembaruan.
"Jadi sebetulnya kita tidak membatasi waktu untuk research and development, tetapi kalau antara universitas ke universitas atau di atasnya lagi, korporasi ke korporasi akan dibatasi tapi tidak ada pembatasan waktu untuk research and development," kata Wawan.
Jepang memiliki infrastruktur energi yang mirip dengan Indonesia. Energi fosil masih dominan di kedua negara, 80 persen di Jepang dan 90 persen di Indonesia. Alhasil, kedua negara menetapkan target ambisius dalam mencapai net zero emission, Jepang pada 2050 disusul Indonesia satu dekade berikutnya.
Beragam inisiatif diluncurkan Jepang untuk meraih target net zero emission. Pada 2021, Jepang membentuk Asia Energy Transition Initiative (AETI) untuk ASEAN, yang menyiapkan dukungan finansial 10 miliar dolar AS bagi pengembangan teknologi, energi terbarukan, efisiensi energi, carbon capture and storage (CCS) serta carbon capture, utilization and storage (CCUS).
"Lembaga ini didesain untuk menelurkan riset akademis dan praktis di bidang keberlanjutan, dan membentuk generasi yang sadar akan keberlanjutan," kata Wawan.
Penandatangan MoU tersebut juga dihadiri oleh Direktur Strategi, Portofolio, & Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero) Salyadi Saputra. Dalam kesempatan itu, Salyadi menyampaikan dukungan Pertamina dalam kerja sama Universitas Pertamina dengan perguruan tinggi Jepang.
"Pertamina mendukung penuh kerja sama pengembangan bidang geothermal, CCS, sustainable chain management dan sustainable center oleh ketiga perguruan tinggi. Pertamina memiliki banyak lapangan migas yang silahkan dimanfaatkan sebagai lokasi riset," ujar Salyadi.
Baca juga: Indonesia usung isu energi hijau di Hannover Messe 2023
Baca juga: Indonesia ajak Swedia kembangkan energi hijau untuk kurangi emisi
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023
Tags: