Jakarta (ANTARA) - Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara Muhammad Ilman mengatakan bahwa sampah adalah permasalahan terbesar restorasi hutan bakau di daerah perkotaan.

"Bakau ini kan ekosistem, bukan hanya pohon, di bawahnya ada air dan makhluk hidup yang terganggu karena sampah, jadi di wilayah perkotaan itu ancamannya tidak pada penebangan, tetapi pada kualitas bakaunya sendiri, kita masih belum punya mekanisme yang baik untuk mengolah sampah," kata Ilman saat ditemui di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis.

Ia mengatakan, sampah yang dibuang di darat muaranya akan ke laut, sehingga bisa merusak ekosistem bakau. Fungsi bakau sebagai penahan limbah sebelum masuk ke laut jadi tidak bisa maksimal.

Selain itu, Ia juga mengatakan bahwa permasalahan plastik juga cukup mempengaruhi menurunnya kualitas ekosistem bakau.


Baca juga: Kawasan Muara Angke segera ditanami mangrove

Baca juga: Salinitas rendah hambat pertumbuhan mangrove

"Plastik juga sangat sulit dikendalikan, saking banyaknya sampah plastik yang tertimbun dan terbuang (baik di laut maupun darat) akhirnya banyak ikan, bahkan ternak, ketemu plastik di dalamnya. Plastik ini meskipun diproduksi di darat, sebagian besar masuk ke laut. Banyak plastik yang merusak ekosistem bakau," katanya.

Ilman menuturkan, sampah dapat merusak kualitas air, sehingga organisme yang ada di dalam bakau menjadi rusak. Selain itu, bakau juga memiliki kapasitas dalam menahan sampah.

"Bakau itu sebenarnya menahan sampah, tetapi dia punya kapasitas, dan ini sudah terlampaui, meskipun kita rutin melakukan pembersihan, berkarung-karung setiap kita membersihkan sampah," ujar dia.

Ilman juga menekankan bahwa untuk menyelamatkan ekosistem bakau ini tidak bisa diselesaikan hanya di hilir, karena pemerintah harus membuat strategi dan kebijakan yang tepat, menyesuaikan dengan daerahnya.

"Ini yang saya rasa perlu strategi berbeda baik pemerintah, lembaga, maupun organisasi nirlaba untuk menyelamatkan ekosistem bakau, di luar daerah perkotaan itu, urusannya tambak, persawahan dan kebun, sedangkan di perkotaan, bakau ini musuhnya sampah," katanya.

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya gerakan masif dan sosialisasi terus-menerus untuk mengurangi sampah plastik.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bekerja sama dengan YKAN menyelenggarakan acara diskusi dengan media terkait konservasi dan penanaman bakau pada Kamis.

Selain untuk mengenalkan suaka margasatwa yang ada di kawasan Muara Angke, seluruh peserta juga diajak untuk melakukan penanaman langsung tanaman bakau dan membersihkan eceng gondok sebagai upaya konservasi laut.


Baca juga: YKAN perkuat pemberdayaan masyarakat kurangi degradasi mangrove