Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menegaskan siapapun yang ikut berpolitik tidak boleh menggunakan nama NU saat berpolitik.
"Siapapun itu, walaupun orang NU ndak boleh menggunakan identitas NU sebagai modal politik," tegas Gus Yahya, sapaan Yahya Cholil Staquf, saat ditemui di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Kamis.

Gus Yahya menegaskan siapapun anggota NU yang berkompetisi di kancah pemilu harus memiliki kredibilitas, prestasi, dan daya tawar sendiri, serta bukan hanya sekedar mengandalkan nama NU saja.

Gus Yahya mengatakan pihaknya akan selalu mengupayakan politik yang bermoral dan tidak akan mengandalkan politik identitas yang hanya menyandarkan penggalangan dukungan berdasarkan identitas tertentu.

Baca juga: NU dan Muhammadiyah serukan kepemimpinan moral pada Pemilu 2024
"Politik identitas ini adalah politik yang mengedepankan identitas kelompok-kelompok primer, ini bisa berbahaya bagi integritas masyarakat," ujarnya.

Dia menyebutkan politik identitas dapat berbahaya bagi masyarakat karena akan mendorong adanya perpecahan di dalam masyarakat.

Gus Yahya menyebut dirinya tidak menginginkan dengan apa yang disebut sebagai politik Islam atau bahkan politik yang menggunakan identitas NU.

"Jadi kami tidak mau seandainya nanti ada kompetitor kampanye yang menyebutkan 'pilih orang NU,' misalnya, kita tidak mau itu," ujarnya.

Dia berharap jika memang ada segelintir pihak yang ingin bekerja sama dengan NU dalam kancah politik, maka harus mengedepankan visi dan tawaran-tawaran yang menarik.

Baca juga: Menjaga NU dan Muhammadiyah tak ditarik ke pusaran dukungan capres
Baca juga: "Politisasi" NU (Surabaya) dan Pemilu 2024