Cilangkap, Jakarta Timur (ANTARA News) - TNI menetapkan garisan strateginya ke depan dengan mencermati perkembangan di kawasan untuk melindungi kepentingan nasional. Secara umum, hal itu diterjemahkan berupa ancaman simetris dan asimetris.


"Ancaman asimetris tidak bisa dibatasi pada bentuk organisasi aktor pelaku namun juga meliputi persenjataan, kekuatan, dan moral aktor pelakunya," kata Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, saat membuka Rapat Pimpinan TNI 2013, di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa pagi.




Rapat pimpinan diikuti 165 peserta, termasuk Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Marsetio, Wakil Kepala Staf TNI AD, Letnan Jenderal TNI Budiman, dan Kepala TNI AU, Marsekal Madya TNI I Putu Dunia. Seluruh komandan utama dan badan pelaksana pusat TNI serta matra TNI juga hadir.




Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, memberi kata pembukaan sekaligus meninjau pameran statik kesenjataan TNI. TNI juga tengah menyegarkan dan melengkapi kesenjataannya untuk kepentingan nasional.




Di Kawasan Asia Timur saat ini sedang terjadi perlombaan senjata dan kekuatan militer, dengan aktor utama China, Korea Utara, diikuti Korea Selatan. China telah memperkuat angkatan lautnya dibarengi keunggulan teknologi roket dan satelit. Korea Utara juga tetap berkeras dengan kebijakan unjuk kekuatannya.




Ancaman simetris disikapi TNI juga sebagai tantangan, mulai dari sengketa perbatasan dan kawasan maritim termasuk kebebadan penggunaan laut sebagai sarana proyeksi kekuatan militer. China dan Jepang memberi contoh tentang ini, yang secara bilateral melibatkan mereka pada sengketa kepemilikan Kepulauan Senkaku.




"Sedangkan ancaman dan tantangan asimetris, bisa berupa perompakan, pembajakan, terorisme, proliferasi senjata pemusnah massal, dan pencurian kekayaan alam," kata Suhartono.




"Tidak heran jika kemudian lahir beberapa inisiatif, di antaranya Regional Maritime Security Initiative, Proliferation Security Initiative, dan lain-lain," katanya. (*)