Bawaslu RI susun Indeks Kerawanan Pemilu 2024 Tematik Media Sosial
24 Mei 2023 18:34 WIB
Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty (tengah) didampingi jajaran Komisioner Bawaslu Sulsel menjawab pertanyaan wartawan saat berada di Makassar, Sulawesi Selatan. ANTARA/HO/Dokumentasi Bawaslu Sulsel.
Makassar (ANTARA) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI sedang menyusun data Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) Tematik Media Sosial yang dinilai akan menjadi ancaman pada Pemilu Serentak 2024.
"Saat ini kami sedang menyusun Indeks Kerawanan Pemilu 2024 Tematik Media Sosial, termasuk polarisasi politiknya. Tunggu saja, akan diluncurkan tahun ini," kata anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.
Menurut dia, potensi kerawanan Pemilu 2024 dapat terjadi dari berbagai aspek, salah satunya berasal dari media sosial. Untuk itu, pihaknya sedang melakukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk mengantisipasi potensi tersebut.
"Kenapa tematik karena berdasar analisa Bawaslu, itu salah satu yang mengancam Pemilu 2024," ungkapnya.
Baca juga: Bawaslu: Revisi PKPU 10/2023 lebih maslahat daripada uji materi
Ia menyatakan salah satu upaya yang dilakukan Bawaslu dalam konteks pencegahan adalah memetakan daerah yang termasuk rawan pada Pemilu 2024.
"Kami bikin Indeks Kerawanan Pemilu 2024 sehingga kita punya kesigapan menghadapi situasi-situasi yang dimungkinkan akan terjadi pada 2024. salah satunya hoaks di media sosial," papar Lolly yang menjabat Divisi Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antarlembaga Bawaslu RI ini.
Terkait model pengawasan melalui Gerakan Sadar Demokrasi (Garasi) di Sulsel, kata dia, itu menjadi hal penting karena inisiatif bergerak dan lahir dari pengawas partisipatif.
Baca juga: Bawaslu RI ingatkan mitigasi potensi kerawanan tahapan Pemilu
"Garasi salah satu terobosan Bawaslu Sulsel yang kalau bisa diimpelementasikan dengan daya jangkau lebih luas dan inovasi lebih banyak, maka akan mampu menghadang lebih banyak potensi kerawanan di Sulsel," tutur Lolly.
Ia berharap dari forum ini akan lahir pemikiran-pemikiran orisinil dari pengawas partisipatif melalui para alumni Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) karena nantinya kolaborasi dengan Bawaslu di daerah jauh lebih baik.
Sebelumnya, Bawaslu RI meluncurkan IKP Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024. Bawaslu bahkan melakukan pemetaan potensi kerawanan di 34 provinsi dan 514 kabupaten dan kota seluruh Indonesia pada IKP tersebut.
Dalam IKP tersebut terungkap beberapa kategori provinsi dengan rawan tinggi, sedang, dan rendah. Untuk kategori rawan tinggi, yaitu Jakarta dengan skor 88,95, Sulawesi Utara (87,48), Maluku Utara (84,86), Jawa Barat (77,04), dan Kalimantan Timur (77,04).
Untuk kategori rawan sedang terdapat 21 provinsi, di antaranya, Banten (66,53), Lampung (64,61), Riau (62,59), Papua (57,27), dan Nusa Tenggara Timur (56,75). Sebanyak delapan provinsi masuk dalam kategori rendah, di antaranya Kalimantan Utara (20,36), Kalimantan Tengah (18,77), Jawa Timur (14,74),
"Saat ini kami sedang menyusun Indeks Kerawanan Pemilu 2024 Tematik Media Sosial, termasuk polarisasi politiknya. Tunggu saja, akan diluncurkan tahun ini," kata anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.
Menurut dia, potensi kerawanan Pemilu 2024 dapat terjadi dari berbagai aspek, salah satunya berasal dari media sosial. Untuk itu, pihaknya sedang melakukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk mengantisipasi potensi tersebut.
"Kenapa tematik karena berdasar analisa Bawaslu, itu salah satu yang mengancam Pemilu 2024," ungkapnya.
Baca juga: Bawaslu: Revisi PKPU 10/2023 lebih maslahat daripada uji materi
Ia menyatakan salah satu upaya yang dilakukan Bawaslu dalam konteks pencegahan adalah memetakan daerah yang termasuk rawan pada Pemilu 2024.
"Kami bikin Indeks Kerawanan Pemilu 2024 sehingga kita punya kesigapan menghadapi situasi-situasi yang dimungkinkan akan terjadi pada 2024. salah satunya hoaks di media sosial," papar Lolly yang menjabat Divisi Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antarlembaga Bawaslu RI ini.
Terkait model pengawasan melalui Gerakan Sadar Demokrasi (Garasi) di Sulsel, kata dia, itu menjadi hal penting karena inisiatif bergerak dan lahir dari pengawas partisipatif.
Baca juga: Bawaslu RI ingatkan mitigasi potensi kerawanan tahapan Pemilu
"Garasi salah satu terobosan Bawaslu Sulsel yang kalau bisa diimpelementasikan dengan daya jangkau lebih luas dan inovasi lebih banyak, maka akan mampu menghadang lebih banyak potensi kerawanan di Sulsel," tutur Lolly.
Ia berharap dari forum ini akan lahir pemikiran-pemikiran orisinil dari pengawas partisipatif melalui para alumni Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) karena nantinya kolaborasi dengan Bawaslu di daerah jauh lebih baik.
Sebelumnya, Bawaslu RI meluncurkan IKP Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024. Bawaslu bahkan melakukan pemetaan potensi kerawanan di 34 provinsi dan 514 kabupaten dan kota seluruh Indonesia pada IKP tersebut.
Dalam IKP tersebut terungkap beberapa kategori provinsi dengan rawan tinggi, sedang, dan rendah. Untuk kategori rawan tinggi, yaitu Jakarta dengan skor 88,95, Sulawesi Utara (87,48), Maluku Utara (84,86), Jawa Barat (77,04), dan Kalimantan Timur (77,04).
Untuk kategori rawan sedang terdapat 21 provinsi, di antaranya, Banten (66,53), Lampung (64,61), Riau (62,59), Papua (57,27), dan Nusa Tenggara Timur (56,75). Sebanyak delapan provinsi masuk dalam kategori rendah, di antaranya Kalimantan Utara (20,36), Kalimantan Tengah (18,77), Jawa Timur (14,74),
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: