Ascoatindo: Industri pelapis masih didominasi pasar pelapis dekoratif
24 Mei 2023 17:05 WIB
Ketua Divisi I Asosiasi Coating Indonesia (Ascoatindo) Yacobus Wirawan (kedua kiri) dalam konferensi pers mengenai pameran Pacific Coatings Show 2023 di Jakarta, Rabu (24/5/2023). ANTARA/Ade Irma Junida
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Coating Indonesia (Ascoatindo) mengatakan industri pelapis di Indonesia masih didominasi oleh pasar pelapis untuk kebutuhan dekoratif (decorative coating).
“Sekarang pasarnya 60-70 persen masih lebih ke dekoratif. Itu biasanya untuk rumah, yang sifatnya bukan untuk melindungi tapi make up (riasan),” kata Ketua Divisi I Ascoatindo Yacobus Wirawan dalam konferensi pers “Pacific Coatings Show 2023” di Jakarta, Rabu.
Tren pelapis di bidang dekoratif itu antara lain teknologi water shield atau pelapis yang tahan air. Teknologi itu juga sejalan dengan kondisi iklim di Indonesia yang sering panas dan hujan yang terkadang tidak menentu.
“Industri lokal juga sekarang sudah bisa membuat itu,” katanya.
Sementara itu, sisa pasar sebesar 30-40 persen dikuasai oleh pasar pelapis perlindungan (protective coating).
Menurut Yacobus, faktor protective coating yang tidak dipasarkan secara ritel membuat pangsa pasarnya menjadi lebih kecil dibanding decorative coating.
Dari sisi produksi, mayoritas industri pelapis didominasi pemain besar dari Eropa. Ada pun pemain lokal saat ini masih banyak bergerak di lini decorative coating.
Meski demikian, Yacobus menyebut sudah ada beberapa industri pelapis yang akan segera membidik pasar protective coating karena potensinya yang menjanjikan.
“Grupnya Avian itu mereka mau ekspansi, mau masuk ke bisnis protective karena pemain protective di dalam negeri belum banyak karena pemain dalam negeri belum punya teknologinya untuk ke sana,” katanya.
Menurut Yacobus, sejumlah perusahaan di dalam negeri, termasuk BUMN telah memulai untuk mengembangkan lini pasar pelapis perlindungan namun belum bisa maju karena minimnya riset dan pengembangan kala itu.
“Jadi memang untuk menguasai pasar ini masih sulit, untuk protective (coating) banyak pabrikan dari luar yang investasi di sini,” katanya.
Lebih lanjut, Yacobus mengatakan industri pelapis punya potensi besar untuk terus tumbuh. Pasalnya, pascapandemi COVID-19, Indonesia tengah membangun kota-kota industri kecil yang tentunya membutuhkan pemanfaatan pelapis di industrinya.
Belum lagi pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, moda transportasi hingga pengembangan industri di berbagai sektor.
“Misal dengan mulai membangun kereta, maka industri coating juga akan semakin luas digunakan,” katanya.
Penggunaan pelapis di infrastruktur juga dilakukan untuk kapal laut, infrastruktur migas di bawah laut, dan banyak industri lainnya.
Baca juga: Pameran industri pelapis pertama di Indonesia digelar Oktober 2023
“Sekarang pasarnya 60-70 persen masih lebih ke dekoratif. Itu biasanya untuk rumah, yang sifatnya bukan untuk melindungi tapi make up (riasan),” kata Ketua Divisi I Ascoatindo Yacobus Wirawan dalam konferensi pers “Pacific Coatings Show 2023” di Jakarta, Rabu.
Tren pelapis di bidang dekoratif itu antara lain teknologi water shield atau pelapis yang tahan air. Teknologi itu juga sejalan dengan kondisi iklim di Indonesia yang sering panas dan hujan yang terkadang tidak menentu.
“Industri lokal juga sekarang sudah bisa membuat itu,” katanya.
Sementara itu, sisa pasar sebesar 30-40 persen dikuasai oleh pasar pelapis perlindungan (protective coating).
Menurut Yacobus, faktor protective coating yang tidak dipasarkan secara ritel membuat pangsa pasarnya menjadi lebih kecil dibanding decorative coating.
Dari sisi produksi, mayoritas industri pelapis didominasi pemain besar dari Eropa. Ada pun pemain lokal saat ini masih banyak bergerak di lini decorative coating.
Meski demikian, Yacobus menyebut sudah ada beberapa industri pelapis yang akan segera membidik pasar protective coating karena potensinya yang menjanjikan.
“Grupnya Avian itu mereka mau ekspansi, mau masuk ke bisnis protective karena pemain protective di dalam negeri belum banyak karena pemain dalam negeri belum punya teknologinya untuk ke sana,” katanya.
Menurut Yacobus, sejumlah perusahaan di dalam negeri, termasuk BUMN telah memulai untuk mengembangkan lini pasar pelapis perlindungan namun belum bisa maju karena minimnya riset dan pengembangan kala itu.
“Jadi memang untuk menguasai pasar ini masih sulit, untuk protective (coating) banyak pabrikan dari luar yang investasi di sini,” katanya.
Lebih lanjut, Yacobus mengatakan industri pelapis punya potensi besar untuk terus tumbuh. Pasalnya, pascapandemi COVID-19, Indonesia tengah membangun kota-kota industri kecil yang tentunya membutuhkan pemanfaatan pelapis di industrinya.
Belum lagi pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, moda transportasi hingga pengembangan industri di berbagai sektor.
“Misal dengan mulai membangun kereta, maka industri coating juga akan semakin luas digunakan,” katanya.
Penggunaan pelapis di infrastruktur juga dilakukan untuk kapal laut, infrastruktur migas di bawah laut, dan banyak industri lainnya.
Baca juga: Pameran industri pelapis pertama di Indonesia digelar Oktober 2023
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023
Tags: