Tarmizi mengatakan hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi mengingat banyaknya penyembelihan hewan kurban hanya berpusat di kota saja.
Sedangkan di daerah kecil, dia melanjutkan, hanya terdapat sedikit orang yang melakukan penyembelihan hewan kurban.
Menurutnya, hal tersebut menyebabkan pendistribusian daging kurban menjadi tidak merata dan perlu mendapat perhatian lebih bagi masyarakat khususnya lembaga amil zakat skala nasional (LAZNAS) yang berkecimpung.
Baca juga: IZI luncurkan program Mantap Berkurban sambut Idul Adha 1444 H
"Artinya yang sering mendapatkan daging kurban adalah yang sering makan daging, sementara orang pinggiran yang jarang makan daging tidak tersalurkan," ungkapnya.
Ia menyebutkan momentum kurban membantu negara dalam program peningkatan konsumsi daging nasional.
Namun, dia melanjutkan, pada pelaksanaannya, negara memerlukan bantuan banyak pihak termasuk LAZNAS dalam membantu mensukseskan program tersebut.
"Kita juga harus memperhatikan para peternak sapi, kambing, dan domba agar ternaknya laku terjual," sambungnya.
Maka dari itu, dia mengapresiasi sejumlah LAZNAS yang melaksanakan program pendistribusian daging kurban hingga ke berbagai daerah.
Salah satunya adalah Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) yang meluncurkan program berkurban dalam bentuk daging olahan abon agar pendistribusiannya bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.
Baca juga: Tiga sapi asal Agam diusulkan jadi hewan kurban Presiden Jokowi