Jakarta (ANTARA) - PT BNP Paribas Asset Management (PT BNP Paribas AM) meluncurkan reksa dana dengan konsep Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) yaitu Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity.

“Melalui Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity, kami mengajak para investor untuk memantau kontribusi investasi mereka terhadap aspek ESG,” kata Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management Priyo Santoso di Jakarta, Selasa.

Priyo menjelaskan kontribusi investasi terhadap aspek ESG tersebut dapat dipantau melalui dua indikator yang dikeluarkan oleh BNP Paribas AM, yaitu Skor ESG (ESG Score) dan Jejak Karbon (Carbon Footprint) dari reksa dana.

Berbeda dengan produk ESG lainnya, Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity memaparkan hasil pengukuran secara transparan dan berkala. Hasil pengukuran juga akan tercantum dalam Fund Fact Sheet yang dikeluarkan setiap bulan.

Skor ESG dan Jejak Karbon dihitung di level portofolio reksa dana secara keseluruhan. Skor ESG merujuk pada kontribusi suatu perusahaan terhadap aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Sementara itu, Jejak Karbon menunjukkan emisi karbon yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung dan dihitung dalam satuan ton CO2 per tahun.

Dengan hasil pengukuran tersebut, investor bisa mendorong emiten di pasar modal untuk menuju praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity merupakan produk reksa dana dengan konsep berkelanjutan yang keempat bagi perusahaan. Produk reksa dana lain yang mengusung konsep ESG adalah Reksa Dana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD, Reksa Dana Indeks BNP Paribas SRI Kehati, dan Reksa Dana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD.

Total Asset Under Management (AUM) dari empat produk reksa dana berbasis ESG tersebut tercatat sebesar Rp5,58 triliun per Maret 2023.

Baca juga: PT BNP Paribas AM: Inklusi kunci dukung pertumbuhan ekonomi

Baca juga: BNP Paribas nilai stabilitas makro dukung iklim investasi di Indonesia