Mendikbud namai mobil listrik "EC ITS"
26 Januari 2013 21:57 WIB
Mendikbud Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA (kiri) disamping EC ITS di Surabaya, Jatim, Sabtu (26/1). Mobil listrik ini berkapasitas empat penumpang dengan menggunakan empat accu charge dan mampu menempuh jarak 150 km. (ANTARA/M Risyal Hidayat)
Surabaya (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menamai mobil listrik berkonsep "city car" yang dirancang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan sebutan "EC ITS" bersamaan dengan peluncurannya di Gedung Rektorat ITS Surabaya, Sabtu.
"Kata `EC` dibaca `easy` yang artinya mudah. `EC` juga singkatan `Electric Car`. Penjelasannya, mudah dalam hal ini karena membuat mobil listrik itu tidak susah. Terbukti mahasiswa ITS bisa menunjukkan karya terbaiknya," ujar M. Nuh.
Ia berharap, pemberian nama "EC ITS" mampu menjadi motivator bagi yang lain dan membuktikan hasil-hasil karya lainnya. Mantan Rektor ITS Surabaya tersebut memuji bahwa mobil berwarna putih metalik itu bagus secara fundamental dan desain.
"Rencananya, Indonesia akan menjadi tuan rumah beberapa kegiatan internasional, salah satunya APEC yang diselenggarakan di Bali. Tidak ada salahnya mobil ini dipamerkan dan menjadi karya luar biasa bagi tamu negara. Sehingga bendera ITS bisa berkibar semakin besar," katanya.
Rektor ITS Surabaya Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA mengaku bangga dengan prestasi yang diraih mahasiswanya usai membuat mobil listrik.
Ia mendukung program mobil listrik nasional (molina) seperti yang digaungkan pemerintah pusat.
"Kami mendukung mobil listrik nasional. Insya Allah kami memiliki kemampuan ikut membantu menyukseskannya. Kami juga ingin membuktikan bahwa insinyur-insinyur muda diberi kesempatan untuk menunjukkan kualitasnya," kata dia.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Teknik Mesin ITS Dr M Nur Yuniarto mengatakan, mobil listrik ini memang untuk skala riset sejak tahun 2011.
Namun bila pemerintah berniat mengembangkan untuk skala industri, pihaknya siap membantu riset lanjutan.
"Yang jelas, mayoritas komponen mobil `city car` listrik itu buatan mahasiswa kami, kecuali motor penggerak atau baterai yang masih beli dari luar negeri. Namun kalau nantinya dijadikan skala industri, tentu kami akan merancang baterai dalam negeri," katanya.
Ia menjelaskan, mahasiswa ITS sudah mampu merancang sistem kontrol mesin "iquteche" yang selama ini digunakan mobil berbahan bakar bensin, namun sistem itu juga dapat diaplikasikan untuk mobil listrik.
Nur Yuniarto mengaku butuh waktu tiga bulan untuk menyelesaikan mobil ini.
"Kalau baterai juga dapat dibuat di dalam negeri, maka seratus persen komponen mobil `city car` listrik itu buatan dalam negeri, sehingga harganya akan biasa lebih murah dari biaya riset yang kami perlukan selama ini, yakni Rp400 juta hingga Rp500 juta," katanya.
Dalam peluncuran mobil listrik tersebut, turut menyaksikan yakni Duta Besar Palestina Fariz Navi Mehdawi. Di samping memberikan apresiasianya terhadap mobil listrik, ia menghadiri Sidang Terbuka Promosi Doktor mahasiswa asal Palestina bernama Nedal AM Jabari di Ruang Sidang Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya.
(KR-DYT/R010)
"Kata `EC` dibaca `easy` yang artinya mudah. `EC` juga singkatan `Electric Car`. Penjelasannya, mudah dalam hal ini karena membuat mobil listrik itu tidak susah. Terbukti mahasiswa ITS bisa menunjukkan karya terbaiknya," ujar M. Nuh.
Ia berharap, pemberian nama "EC ITS" mampu menjadi motivator bagi yang lain dan membuktikan hasil-hasil karya lainnya. Mantan Rektor ITS Surabaya tersebut memuji bahwa mobil berwarna putih metalik itu bagus secara fundamental dan desain.
"Rencananya, Indonesia akan menjadi tuan rumah beberapa kegiatan internasional, salah satunya APEC yang diselenggarakan di Bali. Tidak ada salahnya mobil ini dipamerkan dan menjadi karya luar biasa bagi tamu negara. Sehingga bendera ITS bisa berkibar semakin besar," katanya.
Rektor ITS Surabaya Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA mengaku bangga dengan prestasi yang diraih mahasiswanya usai membuat mobil listrik.
Ia mendukung program mobil listrik nasional (molina) seperti yang digaungkan pemerintah pusat.
"Kami mendukung mobil listrik nasional. Insya Allah kami memiliki kemampuan ikut membantu menyukseskannya. Kami juga ingin membuktikan bahwa insinyur-insinyur muda diberi kesempatan untuk menunjukkan kualitasnya," kata dia.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Teknik Mesin ITS Dr M Nur Yuniarto mengatakan, mobil listrik ini memang untuk skala riset sejak tahun 2011.
Namun bila pemerintah berniat mengembangkan untuk skala industri, pihaknya siap membantu riset lanjutan.
"Yang jelas, mayoritas komponen mobil `city car` listrik itu buatan mahasiswa kami, kecuali motor penggerak atau baterai yang masih beli dari luar negeri. Namun kalau nantinya dijadikan skala industri, tentu kami akan merancang baterai dalam negeri," katanya.
Ia menjelaskan, mahasiswa ITS sudah mampu merancang sistem kontrol mesin "iquteche" yang selama ini digunakan mobil berbahan bakar bensin, namun sistem itu juga dapat diaplikasikan untuk mobil listrik.
Nur Yuniarto mengaku butuh waktu tiga bulan untuk menyelesaikan mobil ini.
"Kalau baterai juga dapat dibuat di dalam negeri, maka seratus persen komponen mobil `city car` listrik itu buatan dalam negeri, sehingga harganya akan biasa lebih murah dari biaya riset yang kami perlukan selama ini, yakni Rp400 juta hingga Rp500 juta," katanya.
Dalam peluncuran mobil listrik tersebut, turut menyaksikan yakni Duta Besar Palestina Fariz Navi Mehdawi. Di samping memberikan apresiasianya terhadap mobil listrik, ia menghadiri Sidang Terbuka Promosi Doktor mahasiswa asal Palestina bernama Nedal AM Jabari di Ruang Sidang Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya.
(KR-DYT/R010)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: