Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Sepekan Literasi sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat, Senin.

Kekayaan literasi di Banyuwangi ditampilkan dalam festival yang berlangsung di Kantor Dinas Perpustakaan Kabupaten Banyuwangi, dan menyajikan berbagai bentuk literasi yang berkembang sejak batu masih sebagai medium tulis hingga di era digital.

"Kami ingin mengajak masyarakat untuk meningkatkan minat baca. Maka, kami desain acara ini semenarik mungkin untuk mengundang masyarakat berkunjung ke perpustakaan dan mencintai bacaan," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

Dengan meningkatnya kualitas minat baca masyarakat salah satunya lewat Festival Sepekan Literasi, katanya, akan berdampak pada kemajuan daerah.

"Dengan literasi yang kuat, tentu akan berdampak pada peningkatan SDM. Dengan SDM yang baik, kemajuan daerah akan lebih mudah tercapai," kata Ipuk.

Baca juga: Nadiem: Buku bacaan bermutu akan tingkatkan minat baca anak sejak dini
Baca juga: Spot baca digital upaya tingkatkan literasi masyarakat lewat gawai


Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Daerah dan Arsip Kabupaten Banyuwangi Zen Kastolani menjelaskan bahwa acara ini berlangsung selama sepekan, mulai dari 22 - 27 Mei 2023.

Menurut ia, pengunjung bisa berkunjung setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai 21.00 WIB, dan dalam festival tersebut, pengunjung bisa menyaksikan pameran literasi yang terbagi dalam empat ruang pamer. Ruang pertama menyajikan informasi seputar Banyuwangi yang terekam dalam relief-relief candi ataupun prasasti.

"Di antaranya adalah kisah Sritanjung yang terekam dalam Candi Penataran, Candi Surowono, Gapura Bajang Ratu dan Candi Jabung," ujarnya.

Ruang selanjutnya menampilkan kekayaan naskah kuno. Naskah yang ditampilkan adalah naskah yang masih lestari dan hidup di tengah masyarakat Banyuwangi dengan berbagai ritual mocoan. Seperti Lontar Yusup, Hadis Dagang, Juwarsah dan Sritanjung.

"Naskah-naskah kuno tersebut telah ditransliterasi, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Perpustakaan Daerah," kata kata Zen.

Baca juga: Kalsel undang penulis nasional untuk tingkatkan literasi masyarakat
Baca juga: Kalteng giatkan perpustakaan keliling tingkatkan minat baca masyarakat


Ruang pamer selanjutnya menampilkan kekayaan literasi sastra di Banyuwangi, saat memasuki masa mesin cetak. Lahir berbagai karya tulis seperti novel, antologi puisi, kritik sastra hingga berbagai jurnal sastra dan budaya.

Ada pula ruang pamer yang menampilkan berbagai foto tempo dulu hasil jepretan seorang jurnalis foto asal Banyuwangi yang terbit di majalah Sin Po pada masa kolonial.

"Ini semua terintegrasi dengan ruang baca perpustakaan daerah yang bisa diakses secara konvensional maupun digital," ujarnya.

Selain pameran, selama sepekan ini juga diisi dengan berbagai kegiatan, diantaranya workshop aksara nusantara, bedah buku dan sarasehan. Pada malam harinya juga diisi dengan berbagai ekspresi seni dan panggung musik.

Baca juga: Bangka Barat-Perpusnas siapkan pojok baca digital di pelabuhan
Baca juga: Merangsang tumbuhnya budaya baca melalui inovasi literasi
Baca juga: Buku cerita bergambar jadi media belajar dan inspirasi baru anak