Inggris kirim pesawat pengintai dukung Prancis di Mali
26 Januari 2013 14:20 WIB
Anggota milisi dari satu faksi MUJWA-Al Qaeda yang bepergian secara beriringan termasuk dengan Menteri Luar Negeri Burkina Faso, Djibril Bassole, bersiaga di Gao, Mali utara, Selasa (7/8). Bassole, mediator utama dalam usaha regional untuk mengakhiri kerusuhan di Mali, mengatakan kepada para pemberontak bahwa mereka harus memutus hubungan dengan "gerakan teroris" seperti Al Qaeda sebelum perundingan perdamaian dapat dimulai. (REUTERS/Stringer)
London (ANTARA News) - Inggris mengirim pesawat pengintai berawak Sentinel ke Afrika untuk mendukung operasi pasukan Prancis dan Mali memerangi militan garis keras di negara Afrika Barat tersebut, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Inggris, Jumat.
Pesawat itu akan melengkapi dua pesawat angkut militer C-17 yang sudah disediakan Inggris.
"Kami telah memutuskan mengirim pesawat Sentinel, yang kemampuan pengintaiannya telah terbukti di Libya dan menjadi landasan bagi operasi kontra-pemberontakan di Afghanistan," kata Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond, dalam pernyataan.
"Kami juga setuju tetap menyediakan pesawat angkut alat berat C-17 yang sudah memberikan dukungan logistik penting dalam beberapa hari ini," katanya.
Inggris mengangkat masalah ancaman kelompok garis keras Afrika setelah serangan militan terhadap kompleks ladang gas Aljazair pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 38 orang yang sebagian besar warga asing. Operasi itu diyakini dipersiapkan di Mali.
Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.
Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.
(M014)
Pesawat itu akan melengkapi dua pesawat angkut militer C-17 yang sudah disediakan Inggris.
"Kami telah memutuskan mengirim pesawat Sentinel, yang kemampuan pengintaiannya telah terbukti di Libya dan menjadi landasan bagi operasi kontra-pemberontakan di Afghanistan," kata Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond, dalam pernyataan.
"Kami juga setuju tetap menyediakan pesawat angkut alat berat C-17 yang sudah memberikan dukungan logistik penting dalam beberapa hari ini," katanya.
Inggris mengangkat masalah ancaman kelompok garis keras Afrika setelah serangan militan terhadap kompleks ladang gas Aljazair pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 38 orang yang sebagian besar warga asing. Operasi itu diyakini dipersiapkan di Mali.
Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.
Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.
(M014)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: