Surplus APBN melonjak 128,5 persen jadi Rp234,7 triliun per April
22 Mei 2023 18:10 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa bulan Mei 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (22/05/2023). ANTARA/Agatha Olivia Victoria.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per April 2023 naik tajam sebesar 128,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy) menjadi Rp234,7 triliun.
Lonjakan tersebut disebabkan oleh pendapatan negara yang melesat 17,3 persen (yoy) menjadi Rp1.000,5 triliun, sehingga jauh lebih tinggi dari realisasi belanja negara yang mencapai Rp765,8 triliun atau tumbuh 2 persen (yoy).
"Dengan demikian kondisi APBN tahun lalu yang sangat baik, tahun ini masih lebih baik lagi hingga bulan April," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa bulan Mei 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
Adapun rasio surplus APBN tersebut setara dengan 1,12 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Sri Mulyani memerinci realisasi pendapatan negara selama empat bulan pertama tahun ini meliputi penerimaan perpajakan sebesar Rp782,7 triliun atau tumbuh 15,8 persen (yoy) serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp217,8 triliun atau melonjak 22,8 persen (yoy).
Lebih perinci, penerimaan perpajakan itu terdiri dari penerimaan pajak senilai Rp688,1 triliun atau tumbuh 21,3 persen (yoy) serta penerimaan dari kepabeanan dan cukai Rp94,5 triliun atau turun 12,8 persen (yoy).
Sementara itu, realisasi belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp522,7 triliun atau tumbuh 2,9 persen (yoy) dan transfer ke daerah Rp243,1 triliun atau meningkat 0,3 persen (yoy).
Belanja pemerintah pusat meliputi realisasi belanja kementerian/lembaga (k/l) sebesar Rp257,7 triliun atau tumbuh 1,6 persen (yoy), serta belanja non k/l sebesar Rp265 triliun atau naik 4,1 persen (yoy).
Dengan demikian, ia mengungkapkan keseimbangan primer kas negara mengalami surplus sebesar Rp374,3 triliun atau tumbuh 69,7 persen (yoy). Keseimbangan primer merupakan selisih dari pendapatan negara dikurangi belanja negara, di luar pembayaran bunga utang.
Meski APBN mengalami surplus, pembiayaan anggaran tetap dilakukan senilai Rp223,9 triliun hingga bulan lalu atau meningkat sebesar 56,3 persen (yoy).
"Realisasi pembiayaan anggaran ini untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga global, sehingga memang terdapat kenaikan cukup signifikan," jelasnya.
Baca juga: Pemerintah targetkan defisit APBN 2024 turun ke 2,16-2,64 persen
Baca juga: Menkeu pastikan pencadangan belanja tak ganggu anggaran prioritas K/L
Baca juga: Pemerintah optimalkan APBN jaga momentum percepatan ekonomi RI
Lonjakan tersebut disebabkan oleh pendapatan negara yang melesat 17,3 persen (yoy) menjadi Rp1.000,5 triliun, sehingga jauh lebih tinggi dari realisasi belanja negara yang mencapai Rp765,8 triliun atau tumbuh 2 persen (yoy).
"Dengan demikian kondisi APBN tahun lalu yang sangat baik, tahun ini masih lebih baik lagi hingga bulan April," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa bulan Mei 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
Adapun rasio surplus APBN tersebut setara dengan 1,12 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Sri Mulyani memerinci realisasi pendapatan negara selama empat bulan pertama tahun ini meliputi penerimaan perpajakan sebesar Rp782,7 triliun atau tumbuh 15,8 persen (yoy) serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp217,8 triliun atau melonjak 22,8 persen (yoy).
Lebih perinci, penerimaan perpajakan itu terdiri dari penerimaan pajak senilai Rp688,1 triliun atau tumbuh 21,3 persen (yoy) serta penerimaan dari kepabeanan dan cukai Rp94,5 triliun atau turun 12,8 persen (yoy).
Sementara itu, realisasi belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp522,7 triliun atau tumbuh 2,9 persen (yoy) dan transfer ke daerah Rp243,1 triliun atau meningkat 0,3 persen (yoy).
Belanja pemerintah pusat meliputi realisasi belanja kementerian/lembaga (k/l) sebesar Rp257,7 triliun atau tumbuh 1,6 persen (yoy), serta belanja non k/l sebesar Rp265 triliun atau naik 4,1 persen (yoy).
Dengan demikian, ia mengungkapkan keseimbangan primer kas negara mengalami surplus sebesar Rp374,3 triliun atau tumbuh 69,7 persen (yoy). Keseimbangan primer merupakan selisih dari pendapatan negara dikurangi belanja negara, di luar pembayaran bunga utang.
Meski APBN mengalami surplus, pembiayaan anggaran tetap dilakukan senilai Rp223,9 triliun hingga bulan lalu atau meningkat sebesar 56,3 persen (yoy).
"Realisasi pembiayaan anggaran ini untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga global, sehingga memang terdapat kenaikan cukup signifikan," jelasnya.
Baca juga: Pemerintah targetkan defisit APBN 2024 turun ke 2,16-2,64 persen
Baca juga: Menkeu pastikan pencadangan belanja tak ganggu anggaran prioritas K/L
Baca juga: Pemerintah optimalkan APBN jaga momentum percepatan ekonomi RI
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: