Kemenkes minta nakes tidak ragu lakukan imunisasi ganda
19 Mei 2023 22:32 WIB
Tangkapan layar Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes, Prima Yosephine dalam Siaran Kemencast yang diikuti di Jakarta, Jumat (12/5/2023). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta tenaga kesehatan agar tidak ragu maupun takut untuk melakukan suntikan imunisasi ganda.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan masih banyak tenaga kesehatan (nakes) yang ragu atau takut melakukan suntikan imunisasi ganda, karena khawatir terhadap efek samping yang lebih berat.
“Hal ini yang membuat kami terus-terusan melakukan webinar, ada juga secara langsung turun ke lapangan, paling banyak webinar dengan mengundang seluruh nakes yang terlibat dalam pelayanan imunisasi, nanti diisi ahli supaya mereka lebih paham dan tidak takut,” kata Prima.
Baca juga: Komnas KIPI jelaskan imunisasi ganda tak menambah efek samping
Dia juga menyadari bahwa proses peyakinan nakes tidaklah mudah, diperlukan waktu serta upaya-upaya komprehensif untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keberanian nakes dalam melakukan imunisasi ganda. Solusi ini perlu diperkuat dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.
“Memang tidak mudah, perlu berkali-kali untuk meyakinkan mereka, memutar video, itu salah satu kegiatan kita sambil mendorong dinas untuk ikut meyakinkan mereka,” ujar dia.
Dia mengatakan Kemenkes saat ini berupaya mengejar ketertinggalan imunisasi anak dengan menginisiasi program Imunisasi Kejar dengan suntikan ganda.
"Program yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin lengkap pada anak yang menurun drastis selama pandemi COVID-19, menaruh harapan kepada kesiapan nakes sebagai garda terdepan pelayanan," katanya.
Baca juga: Ahli sebut pemberian imunisasi ganda tidak berbahaya
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Rochady Hendra Setya Wibawa mengatakan, tenaga kesehatan harus mampu memberikan edukasi maupun sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya suntikan imunisasi ganda.
"Biasanya kalau ada suntikan ganda mereka mundur dua minggu, jadi tidak berani diberikan bersamaan karena takut efek samping. Padahal, efek samping itu sebenarnya tidak ada, mereka hanya berasumsi sendiri atau self diagnosis,” ujar dia
Menurut Rochady, yang terpenting dalam suntikan ganda adalah jenis vaksin yang diberikan lebih dari satu antigen. Misalnya, PCV dengan polio, yang tidak boleh jika jenis vaksin yang diberikan sama.
“Dari penelitian di beberapa negara, bahkan 3 kali suntikan dalam satu waktu sudah biasa, dan laporan efek sampingnya tidak ada, asal (vaksinnya) berbeda,” katanya.
Baca juga: Melawan KLB dengan imunisasi suntik ganda
Di tengah tantangan ini, pihaknya akan melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kepercayaan diri tenaga kesehatan. Pemberian imunisasi suntikan ganda aman, tidak menimbulkan efek samping berat dan telah digunakan di berbagai negara.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta tenaga kesehatan agar tidak ragu maupun takut untuk melakukan suntikan imunisasi ganda.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan masih banyak tenaga kesehatan (nakes) yang ragu atau takut melakukan suntikan imunisasi ganda, karena khawatir terhadap efek samping yang lebih berat.
“Hal ini yang membuat kami terus-terusan melakukan webinar, ada juga secara langsung turun ke lapangan, paling banyak webinar dengan mengundang seluruh nakes yang terlibat dalam pelayanan imunisasi, nanti diisi ahli supaya mereka lebih paham dan tidak takut,” kata Prima.
Baca juga: Komnas KIPI jelaskan imunisasi ganda tak menambah efek samping
Dia juga menyadari bahwa proses peyakinan nakes tidaklah mudah, diperlukan waktu serta upaya-upaya komprehensif untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keberanian nakes dalam melakukan imunisasi ganda. Solusi ini perlu diperkuat dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.
“Memang tidak mudah, perlu berkali-kali untuk meyakinkan mereka, memutar video, itu salah satu kegiatan kita sambil mendorong dinas untuk ikut meyakinkan mereka,” ujar dia.
Dia mengatakan Kemenkes saat ini berupaya mengejar ketertinggalan imunisasi anak dengan menginisiasi program Imunisasi Kejar dengan suntikan ganda.
"Program yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin lengkap pada anak yang menurun drastis selama pandemi COVID-19, menaruh harapan kepada kesiapan nakes sebagai garda terdepan pelayanan," katanya.
Baca juga: Ahli sebut pemberian imunisasi ganda tidak berbahaya
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Rochady Hendra Setya Wibawa mengatakan, tenaga kesehatan harus mampu memberikan edukasi maupun sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya suntikan imunisasi ganda.
"Biasanya kalau ada suntikan ganda mereka mundur dua minggu, jadi tidak berani diberikan bersamaan karena takut efek samping. Padahal, efek samping itu sebenarnya tidak ada, mereka hanya berasumsi sendiri atau self diagnosis,” ujar dia
Menurut Rochady, yang terpenting dalam suntikan ganda adalah jenis vaksin yang diberikan lebih dari satu antigen. Misalnya, PCV dengan polio, yang tidak boleh jika jenis vaksin yang diberikan sama.
“Dari penelitian di beberapa negara, bahkan 3 kali suntikan dalam satu waktu sudah biasa, dan laporan efek sampingnya tidak ada, asal (vaksinnya) berbeda,” katanya.
Baca juga: Melawan KLB dengan imunisasi suntik ganda
Di tengah tantangan ini, pihaknya akan melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kepercayaan diri tenaga kesehatan. Pemberian imunisasi suntikan ganda aman, tidak menimbulkan efek samping berat dan telah digunakan di berbagai negara.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: