Gempa Pidie picu bencana alam di Sumatera
23 Januari 2013 21:23 WIB
Anak-anak bermain di kubah masjid yang rusak akibat gempa di desa Pulo Kawa, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Selasa (22/1). Banyak bangunan berbasis beton bertulang remuk akibat gempa bermagnitudo 6,0 skala Richter di episentrum dangkal itu. (FOTO ANTARA/Irwansyah Putra).
Medan (ANTARA News) - Ahli geologi Sumatera Utara, Timbul Raya Manurung, meminta pemerintah dan masyarakat mewaspadai kemungkinan bencana gempa dan bahkan longsor terjadi lagi di Pulau Sumatera pascagempa di Pidie, Aceh, Selasa lalu.
"Gempa Pidie dengan 6 skala Richter merupakan gempa unik karena gempa dengan skala cukup besar itu berada di daratan dan dangkal. Kejadian itu perlu diwaspadai karena gempa tersebut bisa memicu gempa di daerah lain di Sumatera dan diikuti bencana longsor," katanya, di Medan, Rabu.
Dia menjelaskan, gempa Pidie terjadi tepat di jalur patahan Semangko Sumatera yang membelah Sumatera dari Aceh sampai Lampung sepanjang Bukit Barisan.
Gempa itu akan memicu gempa daratan lainnya sepanjang jalur patahan Semangko Sumatra.
"Jadi harus diwaspadai karena selain gempa, bisa terjadi bencana longsor yang parah di beberapa daerah di sepanjang patahan Semangko Sumatra itu seperti di daerah Aceh lainnya, Sumut, Sumatera Barat dan Lampung," katanya. Pergerakan secara vulkanologis di Bukit Barisan ini bisa memicu longsor.
Bencana itu khususnya longsor semakin diyakini bisa terjadi karena curah hujan di wilayah Sumatera juga masih cukup tinggi, meski sebenarnya sudah memasuki musim kemarau.
Dia menyebutkan, sejak gempa Simeulue berkekuatan 8,5 skala Richter yang terjadi 11 April 2012 sekitar pukul 15.38 WIB, sudah diperkirakan akan terjadi gempa susulan di berbagai daerah Sumatera.
Gempa Simeulue memicu dan mempercepat gempa besar di lokasi yang belum keluar energi besarnya khususnya di jalur Nias ke selatan atau Mentawai-Enggano.
Gempa di Simeulue juga dinilai aneh mengingat ahli geologi sebelumnya menganggap jalur Nias, Simeulue, Aceh sudah aman atau tidak ada gempa besar dalam waktu dekat pascagempa di Aceh pada 2004 yang berujung pada tsunami dan di Nias pada 2005.
Sebelumnya, Kabid Pelayanan Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Hendra Suwarta, mengakui potensi musim kemarau itu cenderung terjadi wilayah pantai timur Sumut seperti sebagian daerah di Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, Kota Medan, dan Tanjung Balai. (*)
"Gempa Pidie dengan 6 skala Richter merupakan gempa unik karena gempa dengan skala cukup besar itu berada di daratan dan dangkal. Kejadian itu perlu diwaspadai karena gempa tersebut bisa memicu gempa di daerah lain di Sumatera dan diikuti bencana longsor," katanya, di Medan, Rabu.
Dia menjelaskan, gempa Pidie terjadi tepat di jalur patahan Semangko Sumatera yang membelah Sumatera dari Aceh sampai Lampung sepanjang Bukit Barisan.
Gempa itu akan memicu gempa daratan lainnya sepanjang jalur patahan Semangko Sumatra.
"Jadi harus diwaspadai karena selain gempa, bisa terjadi bencana longsor yang parah di beberapa daerah di sepanjang patahan Semangko Sumatra itu seperti di daerah Aceh lainnya, Sumut, Sumatera Barat dan Lampung," katanya. Pergerakan secara vulkanologis di Bukit Barisan ini bisa memicu longsor.
Bencana itu khususnya longsor semakin diyakini bisa terjadi karena curah hujan di wilayah Sumatera juga masih cukup tinggi, meski sebenarnya sudah memasuki musim kemarau.
Dia menyebutkan, sejak gempa Simeulue berkekuatan 8,5 skala Richter yang terjadi 11 April 2012 sekitar pukul 15.38 WIB, sudah diperkirakan akan terjadi gempa susulan di berbagai daerah Sumatera.
Gempa Simeulue memicu dan mempercepat gempa besar di lokasi yang belum keluar energi besarnya khususnya di jalur Nias ke selatan atau Mentawai-Enggano.
Gempa di Simeulue juga dinilai aneh mengingat ahli geologi sebelumnya menganggap jalur Nias, Simeulue, Aceh sudah aman atau tidak ada gempa besar dalam waktu dekat pascagempa di Aceh pada 2004 yang berujung pada tsunami dan di Nias pada 2005.
Sebelumnya, Kabid Pelayanan Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Hendra Suwarta, mengakui potensi musim kemarau itu cenderung terjadi wilayah pantai timur Sumut seperti sebagian daerah di Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, Kota Medan, dan Tanjung Balai. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: